KEMATIAN seorang pria bernama Sholah Athiyah sempat menggemparkan dunia Islam pada tahun 2016 silam. Upacara pemakamannya bahkan dibanjiri lautan manusia.
Sholah Athiyah merupakan seorang pengusaha sederhana bertitel insinyur dari desa kecil bernama Tafahna Al-Asyraf, Mesir.
Awalnya, ia hanyalah pemuda miskin yang bahkan saat duduk di bangku kuliah hanya memiliki satu lembar celana panjang.
Kisah kedermawanan Sholah Athiyah berawal saat ia menjalankan bisnis unggas dan perkebunan bersama kedelapan rekannya. Mereka yang notabene seorang pemuda serba kekurangan, kesulitan mendapatkan modal.
Para pemuda itu menyiasatinya dengan menjual tanah, meminjam alias ngutang, hingga menjual perhiasan pasangan mereka. Mereka pun mencari rekan kesepuluh supaya bisa membagi keuntungan sebanyak 10 persen perorang.
Tanpa pikir panjang, Sholah lantas menjadikan Allah sebagai rekan kesepuluh dengan memberikan 10 persen keuntungannya untuk membantu sesama.
Pemakaman Sholah Athiyah (Foto: FB/Hani Fauziah via almuhtada.org)
Insinyur kampung bersahaja yang dikenal tawadhu ini juga membuat perjanjian kepada Allah supaya senantiasa menjaga dan melindungi usahanya dari wabah penyakit.
Tak disangka, bisnisnya pun kian melambung hanya dalam satu musim. Sesuai janjinya kepada Allah keuntungan yang terus didapatkan disalurkan untuk membantu sesama, kemudian dibangunlah sekolah-sekolah SD, SMP, dan SMA.
Setelah membangun sekolah, mereka mencoba untuk membangun universitas, tetapi sempat ditolak oleh pemerintah setempat karena tidak ada akses transportasi.
Beberapa waktu kemudian, mereka mengajukan universitas sekaligus jalur kereta sebagai moda perjalanan mahasiswa secara gratis.
Berdirinya universitas ini merupakan perguruan tinggi pertama yang ada di Mesir. Awalnya hanya tempat kuliah kecil, lama-kelamaan semakin berkembang hingga memiliki kapasitas 1.600 kamar asrama untuk putra dan putri.
Universitas ini kemudian dikenal dengan nama Al-Azhar. Banyak penghafal Quran atau tahfidz yang menempuh pendidikan di sana dan menghasilkan insan cerdas beragama sesuai tuntunan Allah dan RasulNya.
Sholah dan kedelapan mitranya, tentunya dengan pertolongan Allah membangun baitul mal untuk membantu para fakir miskin dan janda. Program ini dalam sekejap mengentaskan kemiskinan yang ada di kota itu.
Tak sampai di situ, mereka pun memberikan pengajaran kepada para pencari kerja untuk mengelola perkebunan sampai hasil panennya bisa dikirim ke negara tetangga.
Seiring berjalannya waktu, Sholah memberikan semua keuntungannya kepada Allah. Memberikan gaji kepada guru, biaya pendidikan, biaya reparasi, sampai uang saku untuk mahasiswa terlebih bagi pelajar dari luar negeri.
Sholah Athiyah (Foto: fimadani.net)
Ia berharap agar Allah selalu membuatnya membutuhkan pertolonganNya. Dengan begitu, Allah terus bersamanya dan merasa cukup atas setiap karunia yang telah dilimpahkan.
Tak heran, saat Sholah berpulang ke rahmatullah, rumahnya begitu banyak diziarahi manusia. Meski tak ada bilangan pasti, namun pelayat yang datang bahkan diperkirakan mencapai setengah juta orang.
Sepanjang hidupnya Sholah Athiyah memang memiliki kedermawanan luar biasa untuk menolong sesama dan ia dikenal selalu mencoba memberikan yang terbaik dalam hal memanusiakan manusia.
(Rizka Diputra)