Dengan semangat Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (16 HAKTP) dan Hari Perempuan Pembela HAM, Lam Horas Film melalui film Invisible Hopes terus berjuang dalam melakukan impact campaign dan advokasi pemenuhan hak serta perlindungan perempuan hamil serta anak bawaan dalam penjara.
Anak bawaan adalah anak-anak yang lahir dalam penjara maupun anak di luar penjara yang ikut ibunya ke dalam penjara. Lebih luas lagi, perlindungan dan pemenuhan hak para perempuan yang berhadapan dengan hukum, memastikan mereka tidak menjadi korban kekerasan di balik jeruji penjara.
Melalui film Invisible Hopes mengingatkan kepada Negara atau Pemerintah bahwa kewajiban untuk melindungi perempuan dan anak serta memenuhi Hak Asasi Manusia (HAM) mereka tidak gugur, karena perempuan-perempuan tersebut (terpaksa) berhadapan dengan persoalan hukum.
Hak asasi mereka tetap melekat dan meskipun sedang berada dalam penjara tetap berhak mendapatkan perlakuan yang layak dan terlindungi dari kekerasan. Demikian juga dengan anak-anak yang terpaksa dilahirkan dalam penjara atau yang terpaksa ikut ibu mereka ke dalam penjara.
Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (16 HAKTP) / 16 Days of Activism Against Gender Violence merupakan kampanye internasional untuk mendorong penghapusan kekerasan terhadap perempuan di seluruh dunia.
Kegiatan ini berlangsung setiap tahunnya dimulai dari 25 November yang merupakan Hari Internasional Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan hingga 10 Desember yang merupakan Hari HAM Internasional.
Sementara itu, Hari Perempuan Pembela HAM / Women Human Rights Defender (WHRD) Internasional diperingati setiap 29 November setiap tahun. Tujuannya untuk memperingati, meningkatkan dan merayakan peran perempuan dalam membela hak asasi manusia serta untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya perlindungan bagi para perempuan pembela HAM.
Membela HAM dapat dilakukan oleh semua perempuan tanpa memandang latar belakang dan pekerjaan mereka, mulai dari aktivis, pendamping korban, penyintas, pekerja sosial bahkan bussineswomen dan pembuat film (filmmaker).
Oleh karena itu, Lam Horas Film melalui film Invisible Hopes yaitu memastikan HAM bagi perempuan dan anak bawaan yang ada dalam penjara tidak hilang.
Sutradara dan produser film Invisible Hopes, Lamtiar Simorangkir (tengah, berkacamata) bersama dengan para ibu hamil di salah satu Rumah Tahanan di Jakarta saat shooting film Invisible Hopes (Foto: dok Lam Horas)
Melalui film Invisible Hopes dilakukan perjuangan membela HAM bagi para perempuan dalam penjara, mencegah perempuan menjadi korban kekerasan dan sejalan dengan itu melakukan perlindungan dan pemenuhan HAM bagi anak-anak yang lahir dan dibesarkan dalam penjara.
Invisible Hopes adalah film pemenang Piala Citra 2021 yang sejak dirilis ke publik pada 2021 hingga saat ini terus menyuarakan impact campaign dan advokasi pemenuhan hak dan perlindungan narapidana hamil dan anak-anak yang lahir dan dibesarkan dalam penjara.
Invisible Hopes dibuat dengan spirit “Dari perempuan untuk membela perempuan”. Sutradara dan produser film tersebut adalah seorang perempuan yaitu Lamtiar Simorangkir, dan semua tim produksi film tersebut adalah perempuan.
“Saya memakai film sebagai media untuk mengungkapkan pemikiran-pemikiran saya tentang perempuan dan anak, menyuarakan suara perempuan yang tidak terdengar bahkan terbungkam, dan sebisa mungkin menolong mereka melalui keahlian saya yaitu membuat film,” ucap Lamtiar Simorangkir.
“Jika hasil temuan dan pemikiran-pemikiran para aktivis dan pembela HAM biasanya dituangkan dalam bentuk laporan, seminar, jurnal, thesis, buku, dll maka kami (pembuat film) membuatnya dalam bentuk film,” tuturnya menambahkan.
Ia menambahkan bahwa film dapat berfungsi sebagai jendela menuju dunia yang mungkin belum pernah dilihat dan belum diketahui sebelumnya serta memungkinkan terhubung pada tingkat emosional yang mendalam.
“Film dokumenter dapat dipakai sebagai alat untuk menjelaskan tentang sesuatu yang mungkin sulit diungkapkan dan dijelaskan. Film dokumenter juga dapat mengubah persepsi publik dengan cara yang tidak dapat dilakukan oleh media lain,” ujarnya.
Menurutnya, film dapat menjadi cara yang sangat efektif untuk menjelaskan pelanggaran-pelanggaran HAM yang terjadi dan jauh dari sorotan, serta mampu mengubah persepsi para pengambil keputusan sehingga membantu membawa perubahan yang lebih baik.
Selamat merayakan hari penghapusan kekerasan terhadap perempuan dan hari penghormatan dan perlindungan bagi para perempuan pembela HAM.
(Agustina Wulandari )