MAKAM Pangeran Samudro di Gunung Kemukus, Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah sering didatangi peziarah bahkan kerap dijadikan tempat ritual pesugihan berbalut praktik prostitusi. Siapa sebenarnya sosok Pangeran Samudro dan kenapa dimakamkan di Gunung Kemukus?
Gunung Kemukus yang tingginya sekitar 300 meter di atas permukaan laut (MDPL) menyimpan cerita legenda tentang Pangeran Samudro.
Melansir dari laman resmi Pemerintah Kabupaten Sragen, Selasa (31/10/2023), diceritakan bahwa Pangeran Samudra merupakan putra dari Prabu Brawijaya V, raja terakhir Kerajaan Majapahit hasil hubungannya dengan selir bernama R.Ay. Ontrowulan. Pada masa itu, pengaruh agama Hindu di Majapahit semakin memudar seiring dengan perkembangan Kesultanan Demak Bintoro yang bercorak Islam.
Pangeran Samudra kemudian memutuskan untuk masuk Islam dan belajar bersama Sunan Kalijaga. Setelah beberapa tahun jadi muridnya, Sunan Kalijaga mengutus Pangeran Samudra untuk mengembara ke arah selatan menuju Gunung Lawu.
BACA JUGA:
Dalam perjalanannya, Pangeran Samudra diminta untuk belajar ilmu agama kepada setiap ulama yang dijumpainya sebagai bekal untuknya berdakwah di kemudian hari. Selain itu, dirinya juga ditugaskan untuk menyambung kembali tali silaturahmi dengan para keturunan Kerajaan Majapahit.
Salah satu tokoh yang ditemuinya adalah Kyai Ageng Gugur yang berada di Desa Pandan, lereng Gunung Lawu. Pangeran Samudra pun sempat tinggal dalam kurun waktu yang cukup lama di tempat Kyai Ageng Gugur. Setelah cukup dan mendapat restu, Pangeran Samudra berencana untuk kembali ke Demak Bintoro dan menyebarkan agama Islam di sepanjang perjalanannya.
Di perjalanan, Pangeran Samudra tiba di Desa Jenalas yang kini bernama Gemolong. Di tempat ini, Pangeran Samudra bertemu dengan Kyai Kamaliman asal Demak yang akan bermukim di Jenalas untuk berdakwah. Pangeran pun melanjutkan perjalanannya dan tiba di padang oro-oro Kabar yang kini bernama dukuh Kabar, Desa Bogorame, Kecamatan Gemolong. Namun di tempat ini, pangeran jatuh sakit.
Di tengah sakitnya, Pangeran Samudra memilih untuk terus melanjutkan perjalanannya hingga tiba di dukuh Doyong. Di dukuh ini, kesehatan pangeran semakin menurun. Dia kemudian menugaskan salah satu abdi yang menemaninya untuk melapor ke Sultan Demak Bintoro bahwa sang pangeran kemungkinan tidak akan sampai ke Demak.
Sang abdi kemudian diutus kembali untuk menemui Pangeran Samudra. Sultan Demak memerintahkan bahwa jika Pangeran Samudra wafat, maka dirinya harus dimakamkan di sebuah bukit yang agak jauh dari lokasi tempatnya meninggal.
BACA JUGA:
Setelah kembali, sang abdi ternyata sedikit terlambat karena Pangeran Samudra telah wafat. Sesuai petunjuk Sultan Demak, Pangeran Samudra kemudian dimakamkan di sebuah bukit di sebelah barat laut dukuh Doyong yang memiliki ketinggian 300 meter di atas permukaan laut.
Karena puncak bukit tempat Pangeran Samudra dimakamkan kerap tertutup kabut putih yang mirip asap, maka tempat tersebut dinamai dengan nama Gunung Kemukus.
Mendengar kabar wafatnya Pangeran Samudra, R.Ay. Ontrowulan kemudian bergegas menuju ke Gunung Kemukus untuk berziarah sekaligus memberi penghormatan terakhir. Sesampainya di tempat, R.Ay. Ontrowulan kemudian memeluk pusara Pangeran Samudra dan enggan untuk melepasnya dalam beberapa waktu.
Setelah itu, R.Ay. Ontrowulan kemudian menuju ke sebuah sendang atau mata air untuk bersuci dan menenangkan diri. Dirinya kemudian juga memutuskan untuk tinggal di Gunung Kemukus hingga ajalnya tiba. Mata air tempatnya bersuci itu kemudian juga diabadikan dengan namanya, yakni Sendang Ontrowulan.
Di era modern, Gunung Kemukus sempat menjadi tempat meminta pesugihan sekaligus tempat prostitusi. Hal ini karena adanya mitos yang salah beredar di masyarakat.
(Salman Mardira)