Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Tips Psikolog Untuk Memulihkan Mental Korban Bullying

Devi Ari Rahmadhani , Jurnalis-Senin, 02 Oktober 2023 |11:08 WIB
Tips Psikolog Untuk Memulihkan Mental Korban Bullying
Anak Kena Bullying. (Foto: Unsplash)
A
A
A

KASUS bullying terus terjadi di lingkungan sekolah. Terbaru, kasus yang terjadi di salah satu sekolah menengah pertama di Cilacap, Jawa Tengah. Tindakan bullying dilakukan oleh seorang kakak kelas pada adik kelasnya dan disaksikan oleh banyak siswa sekolah tersebut.

Atas kejadian ini, korban mengalami luka fisik dan mendapatkan perawatan di rumah sakit. Akan tetapi, Karina, M. Psi. selaku psikolog menuturkan korban pun akan mengalami luka pada bagian mentalnya yang mungkin tidak terlihat seperti luka fisik.

 korban bullying

"Bisa muncul rasa cemas, depresi enggak percaya diri," ucap Karina saat dihubungi melalui saluran telepon.

 BACA JUGA:

Namun, Karina juga menyampaikan jika bully memberikan dampak buruk bagi pelaku serta para siswa yang menyaksikan kejadian tersebut.

"Pada yang menyaksikan, meskipun bukan pelaku dan bukan korban, juga bisa merasakan dampak, seperti rasa takut, kemarahan, dan rasa bersalah. Sementara pada pelaku, ada risiko-risiko kenakalan remaja, agresivitas, resolusi konflik yang kurang tepat," imbuhnya.

Tentu keadaan tersebut tidak boleh didiamkan saja. Orangtua, sebagai pendamping anak-anak harus membantu mereka pulih dari keadaan tersebut agar bisa melakukan kehidupan yang lebih nyaman dan positif.

 BACA JUGA:

Berikut ini beberapa cara pemulihan korban bullying serta tindakan yang perlu dilakukan pada pembully.

1. Cara pemulihan pada korban bullying

Karina menjelaskan, ada banyak sekali cara yang dapat dilakukan untuk membantu pemulihan korban bullying dari rasa trauma yang dirasakan.

"Pemulihannya tergantung seberapa kuat dampak bullying tersebut pada diri anak dan remaja. Pada beberapa kondisi, konseling saja cukup. Tapi jika ada indikasi yang lebih serius, bisa saja diperlukan psikoterapi," ujar Karina.

Bahkan, psikoterapi yang tersedia pun sangat banyak dan perlu disesuaikan kembali dengan keadaan korban bullying itu sendiri.

"Psikoterapi seperti BSP (Brainspotting), hipnoterapi, EFT (Emotional Freedom Technique), CT (Cognitive Restructuring), CBT (Cognitive Behavioral Therapy), dan sebagainya nanti dipilih sesuai kebutuhan klien oleh professional mental health," tutur Karina.

2. Tindakan yang perlu dilakukan pada pelaku bully

Sementara untuk pelaku bully atau pem-bully, hukuman saja tidak cukup untuk membantunya sembuh dari perilaku jahat tersebut.

Karina menyampaikan, "Pada pelaku sebaiknya diberikan juga kesempatan untuk melakukan konsultasi psikologis. Kita perlu memahami mengapa seorang anak memutuskan untuk melakukan tindakan terkait bullying.”

Ketika orangtua atau psikolog telah mengetahui alasan pelaku bully melakukan tindakan bully pada orang lain, maka bisa langsung menentukan pemecahan masalah. Dengan demikian, pelaku bisa diarahkan pada perubahan yang lebih baik.

Namun, Karina juga menegaskan jika tindakan pencegahan agar anak dan remaja tidak melakukan bullying lebih diutamakan untuk mengurangi kasus-kasus bullying pada anak. Tidak hanya diadakan seminar, tetapi sangat perlu untuk menyediakan wadah laporan tindak kekerasan yang terjadi di sekolah.

"Bukan hanya memberikan seminar terkait bullying pada siswa, tapi juga menyediakan wadah pelaporan untuk melaporkan kejadian bullying, yang tentunya ditindaklanjuti secara bijaksana oleh pihak sekolah terkait," kata Karina.

(Dyah Ratna Meta Novia)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement