ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) diketahui tengah mendesak China untuk bisa lebih kooperatif dalam penyelidikan terkait asal-usul asli wabah infeksi Covid-19 yang berkembang menjadi pandemi global.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebut desakan WHO akan terus dilayangkan pada China, sampai negara tersebut mau membagikan informasi data terkait Covid-19.
"Tanpa akses penuh ke informasi yang dimilik oleh China, kita tidak bisa mengatakan ini atau itu," kata Tedros, dikutip dari Reuters.
"Semua hipotesis tersedia, itu posisi WHO. Itulah mengapa kami meminta China untuk kooperatif dalam hal ini,” sambungnya.
Setelah sempat bungkam, China kini akhirnya buka suara merespon desakan WHO. China melalui Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit nya mengataakan WHO semestinya menempatkan diri, mengambil posisi secara ilmiah dan adil perihal asal-usul Covid-19.
Dikutip dari laporan Reuters, Senin (10/3/2023) Kepala CDC China, Shen Hongbing pada konferensi pers akhir pekan lalu, dengan tegas memperingatkan WHO agar tak mempolitisasi sumber virus Covid-19, untuk menjadi alat negara lain.
Sehubungan mengenai data Covid-19, pada Maret 2023 diketahui para ilmuwan China telah mengunggah secara singkat data dari periode awal-awal pandemi Covid-19 ke database internasional.
Termasuk data tentang urutan genetik yang ditemukan pada lebih dari 1.000 sampel lingkungan dan hewan yang diambil pada Januari 2020 di pasar makanan laut Huanan di Wuhan, lokasi wabah Covid-19 pertama yang diketahui
Data memperlihatkan bahwa DNA dari beberapa spesies hewan, salah satunya anjing rakun – sebagai sampel lingkungan yang dites positif SARS-CoV-2, menunjukkan bahwa hewan ini adalah media yang paling mungkin dari infeksi Covid-19 menurut tim peneliti internasional.
Namun, dalam studi yang belum ditinjau, diterbitkan oleh jurnal Nature di pekan ini, para ilmuwan dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China telah membantah temuan tim internasional tersebut.
(Rizky Pradita Ananda)