INDONESIA terus mewaspadai penyakit yang berasal dari virus Marburg (filovirus) yang dinilai mematikan. Bagaimana tidak, tingkat fatalitasnya mencapai 88%.
Hal ini disampaikan oleh Juru Bicara Kementerian Kesehatan dr. Mohammad Syahril. Ia mengingatkan pemerintah dan masyarakat jangan sampai lengah terhadap virus tersebut.

“Kita perlu tetap melakukan kewaspadaan dini dan antisipasi terhadap penyakit virus Marburg,” ujar dr Syahril.
Melansir Verywell, virus Marburg dengan cepat menyebabkan pendarahan hebat, syok, dan kematian. Penyakit ini seringkali berakibat fatal, dari 23% hingga 90% orang terinfeksi virus Marburg bisa meninggal.
BACA JUGA:
Gejalanya secara umum meliputi demam, sakit badan dan sakit kepala, gangguan gastrointestinal, termasuk diare berair, mual, dan kram, seringkali sekitar tiga hari setelah gejala muncul. Kemudian, merasa lesu, ruam tidak gatal pada perut, dada, punggung rata dan merah.
BACA JUGA:
Juga disertai benjolan kecil, mirip dengan ruam disebabkan oleh demam berdarah, atau ada perubahan neurologis seperti kebingungan, kejang, dan delirium sampai pendarahan parah, biasanya lima hingga sepuluh hari setelah gejala mulai.
Dengan demikian, gejala dari penyakit Marburg dikatakan mirip dengan penyakit malaria, tifus, dan demam berdarah yang banyak ditemukan di Indonesia. Hal ini, menurut dr. Syahril, yang menyebabkan penyakit virus Marburg susah diidentifikasi.
Perlu diketahui, sejauh ini belum ada vaksin untuk mengatasinya yang tersedia di dunia. Namun vaksin masih dalam pengembangan ada 2 yang memasuki uji klinis fase 1 yakni vaksin strain Sabin dan vaksin Janssen.
“Belum ada obat khusus, pengobatan bersifat simtomatik dan suportif, yaitu mengobati komplikasi dan menjaga keseimbangan cairan serta elektrolit,” ucap dr. Syahril
(Dyah Ratna Meta Novia)