POHON cemara selalu jadi simbol Natal. Menjelang Natal biasanya umat Kristen akan mendekorasi rumahnya dengan pernak-pernik dan pohon cemara berhias lampu yang disebut pohon Natal.
Ternyata jauh sebelum munculnya Kristen, pohon cemara memiliki arti khusus bagi manusia di musim dingin.
Sama seperti orang-orang saat ini mendekorasi rumah mereka selama musim perayaan dengan pohon pinus atau cemara memang sudah dilakukan oleh masyarakat kuno. Mereka menggantungkan dahan hijau di pintu dan jendela.
BACA JUGA:5 Tradisi Unik Orang Jepang saat Rayakan Natal, Nomor 4 Bikin Iri Kaum Jomblo
Tetapi asal mula pohon Natal sebenarnya berasal dari Jerman selama Abad Pertengahan.
Melansir dari History, awal abad ke-16, orang Kristen yang taat membawa pohon hias ke rumah mereka jelang Natal.
Beberapa membangun piramida Natal dari kayu dan menghiasinya pohhon tersebut. Hal ini berdasarkan kepercayaan yang dipegang secara luas dari Martin Luther. Dia merupakan sosok pembaru Protestan abad ke-16 dan menambahkan lilin yang menyala ke pohon untuk pertama kali.
Saat dirinya berjalan menuju rumahnya pada suatu malam musim dingin, dia terpesona oleh kecemerlangan bintang yang berkelap-kelip di tengah pepohonan.
BACA JUGA:Begini Tradisi Natal di Korea Selatan, Ada Makanan Khas dan Lagu Khusus
Untuk mengabadikan kembali pemandangan tersebut bagi keluarganya, dia mendirikan sebatang pohon di ruang utama dan menyambungkan ranting-rantingnya dengan lilin menyala.
Selain kisah di atas, ada legenda lain menyebutkan sebuah pohon cemara tumbuh dari pohon ek yang telah ditebang. Pohon ini kemudian dianggap sebagai simbol Kristus, berbentuk segitiga melambangkan trinitas.
Dari kejadian inilah muncul gagasan bagi umat Kristiani, bahwa pohon cemara adalah perlambang dari Kristus dan kehidupan yang baru. Sejak saat itu, masyarakat Jerman mengenal pohon cemara sebagai pohon Natal dan meyebarkannya ke seluruh dunia.
Sementara itu di banyak negara diyakini bahwa pepohonan akan menjauhkan dari penyihir, hantu, roh jahat, dan penyakit. Apalagi ranting cemara mengingatkan mereka pada semua tanaman hijau yang akan tumbuh lagi saat dewa matahari kuat dan musim panas akan kembali.
Sebab, banyak orang kuno percaya bahwa matahari adalah dewa dan musim dingin datang setiap tahun karena dewa matahari menjadi sakit dan lemah. Mereka merayakan titik balik matahari karena itu berarti dewa matahari akhirnya akan sembuh.
(Salman Mardira)