BADAN Kesehatan Dunia (WHO) menargetkan agar pandemi Covid-19 dapat selesai di tahun 2022 mendatang. Oleh karena itu, vaksinasi sangat penting dilakukan demi mendapatkan herd immunity atau kekebalan kelompok.
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan perjalanan dunia selama dua tahun terakhir menghadapi pandemi seharusnya telah melengkapi strategi serta kemampuan untuk mengakhiri pandemi.
Menurutnya, salah satu cara utama mengakhiri pandemi adalah dengan memastikan vaksinasi diterima merata oleh seluruh negara di dunia. Dengan target 70% populasi dunia telah menerima vaksin Covid-19 di pertengahan tahun 2022. Namun begitu, vaksinasi ini masih menghadapi tantangan tersendiri.
“Target vaksinasi ini membawa tantangan tersendiri karena di tahun ini nasionalisme vaksin masih ada. Dan menyebabkan distribusi vaksin tidak berkeadilan,” tuturnya.
Terkait hal ini, Wiku mengatakan bahwa Indonesia berharap bahwa tantangan ini dapat diatasi dengan cepat dan tanggap. Utamanya oleh negara-negara maju yang memiliki akses serta sumber daya vaksinasi yang jauh lebih memadai.
Baca Juga: Omicron 70 Kali Berkembang Lebih Cepat pada Saluran Udara Manusia daripada Delta
“Hendaknya seluruh bagian dari masyarakat global dapat bekerja sama dengan menjunjung rasa kemanusiaan agar perjuangan global melawan Covid-19 ini dapat kita menangkan di tahun 2022,” jelas dia.
Senada, Epidimiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman mengatakan, Indonesia memiliki peluang untuk terbebas dari pandemi Covid-19 pada 2022.
Menurutnya, saat ini Indonesia telah memiliki modal yang cukup besar dengan cakupan vaksinasi Covid-19 dosis lengkap yang hampir menyentuh setengah target yang dituju.
Meski demikian, Dicky menegaskan agar bisa terlepas dari bayang-bayang Covid-19 diperlukan kerjasama dari berbagai negara. Sebab eliminasi Covid-19 ini harus dilakukan secara bersama-sama.
“Berbicara tentang akhir dari pandemi ini, kita tidak bisa bicara Indonesia saja. Semuanya harus berbarengan atau bersama. Karena kalau tidak dieliminasi bersama maka status pandemi itu tidak bisa diangkat,” kata Dicky.
Dicky menjelaskan bahwa pandemi memiliki kriteria khusus. Misalnya satu benua dengan banyak penduduk seperti Eropa atau Australia, jika Covid-19 nya terkendali, maka bisa membuat status pandemi menjadi dicabut. "Kuncinya itu di pengendalian dan cara utamanya untuk mempercepat pengendalian tersebut ada di vaksinasi,” lanjutnya.
Ia menambahkan bahwa vaksinasi dosis lengkap mencapai 70 – 80 persen di Oktober atau November 2022 sudah menjadi keharusan semua negara di seluruh dunia. Sebab, jika hal ini tidak tercapai maka akan sulit untuk mengentaskan pandemi Covid-19. “Sehingga diperlukan kolaborasi global. Ini dalam posisi untuk mengakhiri pandemi. Saya sendiri cukup optimis pandemi bisa berakhir,” tuntasnya.
Karena, pemberian vaksin sangat mutlak dilakukan, pasalanya Ketua Pokja Genetik dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM), dr Gunadi, mengatakan ada dua penyebab munculnya mutasi baru virus corona. Pertama, adanya interaksi sosial yang masif. Kedua, adanya masyarakat yang tidak divaksin yang menjadi sumber mutasi baru virus corona.
Efektivitas vaksin dari penelitian ada dua yakni mencegah timbulnya gejala. Serta, mencegah adanya gejala berat yang mengharuskan pasien dirawat di rumah sakit.
Menurutnya, vaksin dua dosis lebih baik dari datu dosis. Lantaran rata-rata dosis pertama tercatat efektivitas vaksin di bawah 50%. Namun ketika telah diberikan dosis kedua, efektivitas vaksin naik di atas 90% dalam melindungi agar jika terpapar tidak bergejala dan melindungi supaya tidak terjadi gejala berat.
"Sekali lagi saya tekankan pendapat ahli, masyarakat yang tidak divaksinasi itu adalah sumber mutasi baru," tukas dia.
(Martin Bagya Kertiyasa)