Jatuh cinta adalah salah satu perasaan paling membahagiakan dalam hidup seseorang. Hidup terasa lebih berwarna saat Anda sedang dimabuk asmara.
Tapi, menjadi pertanyaan banyak orang, apakah si dia benar-benar cinta atau hanya karena nafsu belaka? Pertanyaan ini kadang menyeruak dalam pikiran dan membuat Anda bimbang.
 
Diterangkan Zola Yoana, Certified Matchmaker and Relationship Science-Based Coach, pada saat jatuh cinta, hormon yang bekerja dalam tubuh didominasi oxytocin, vasopressin, dan dopamine. Ketiga hormon tersebut membuat Anda tidak bisa memilih dengan siapa Anda jatuh cinta dan juga hasrat di dalam diri Anda.
"Jadi, yang bisa dikontrol adalah bagaimana reaksi yang harus Anda lakukan ketika jatuh cinta," kata Zola dalam keterangan resmi beberapa hari lalu.
Cinta adalah perasaan kuat antara attachment, affection, dan desire. Jadi, ketika seseorang jatuh cinta pasti selalu ada desire dan dorongan seksual dengan pasangan.
"Namun, ketika menjalin hubungan yang sudah didominasi perasaan seksual, biasanya akan lebih cenderung untuk memprioritaskan keinginan seksual saja," papar Zola.
Untuk itu, sambungnya, apabila Anda mulai menjalin hubungan, lebih baik pertama kenali orangnya secara lebih dekat. "Dimulai dengan cari tahu life value dan kesamaan visi misi kehidupan Anda sejalan atau tidak dengannya. Setelah itu, baru pengenalan tentang seksual compatibility terakhir," saran Zola.
Sementara itu, Seksolog Zoya Amirin menambahkan, poin penting dalam pembahasan ini adalah bahwa apapun tindakan yang dilakukan, Anda harus melakukannya karena pilihan, tindakan yang Anda buat sendiri dengan kesadaran penuh akan konsekuensinya. Dengan cara itu, Anda akan lebih mampu membangun tanggung jawab pribadi.
"Selain itu, jangan pernah melakukan hubungan seksual sebelum siap secara emosi atau fisik," pesan Zoya Amirin.
(Dyah Ratna Meta Novia)