Pandemi Covid-19 mengharuskan para pelajar untuk sekolah jarak jauh atau melalui daring. Teknik pembelajaran ini pun masih menuai pro dan kontra di masayarakat hingga sekarang.
Satu sisi, orangtua merasa anaknya aman di rumah saja tidak bertemu dengan orang lain yang mungkin membawa virus penyakit, tapi di sisi lain ada orangtua yang tidak mampu membelikan anaknya ponsel pintar atau kuota internet. Polemik ini menjadi masalah yang sejatinya mendapat solusi.
 
Menurut data Pusat Penelitian Kependudukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), sekolah daring diatur melalui Surat Edaran Kemdikbud Nomor 4 Tahun 2020 mengenai Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa Darurat Coronavirus Disease (Covid-19). Sayangnya, pelaksanaannya di lapangan belum semulus yang diharapkan.
Ya, masih banyak anak-anak usia sekolah tidak memiliki kapital memadai untuk mengakses perangkatnya, baik itu ponsel pintar atau kuota internet. Dengan begitu, pembelajaran tidak akan bisa terjadi pada kelompok anak-anak yang tidak memiliki akses tersebut.
Pusat Penelitian Kependudukan LIPI, menurut BPS (2019) mengeluarkan data bahwa penggunaan telepon seluler oleh siswa perkotaan lebih tinggi dibandingkan siswa di perdesaan, yaitu 76,60 persen berbanding dengan 64,69 persen. Sementara itu, persentase siswa yang menggunakan komputer atau PC di perkotaan dua kali lipat dibandingkan siswa di perdesaan yaitu 31,37 persen berbanding 15,43 persen.
Baca juga: Intip Gaya Jessica Iskandar Pakai Dress Kuning, Netizen: Mantul Cantiknya!
Lalu, untuk penggunaan internet, siswa di perkotaan itu angkanya 62,51 persen, lebih tinggi dibandingkan daerah perdesaan yang hanya 40,53 persen. "Secara nasional, terdapat 53,06 persen siswa usia 5-24 tahun menggunakan internet," tulis Anggi Afriansyah, Peneliti Sosiologi Pendidikan di Pusat Penelitian Kependudukan LIPI, dalam laporan tersebut.
Potret miris tersebut sejalan dengan data yang dimiliki Managing Director Brand Portofolio and Communication Cosmetics, Consumers, and Health Care PT Tempo Scan Pasific Tbk, Aviaska D. Respati, masih banyak anak-anak usia sekolah tidak memiliki perangat gawai atau kuota internet.
"50 persen anak-anak enggak punya ponsel atau kuota internet," terangnya dalam Webinar Bodrex Ajak Masyarakat Donasi untuk Mmdukung PJJ, Kamis (8/10/2020).
Selebriti Dion Wiyoko bahkan bertemu langsung dengan siswa yang tidak memiliki akses ponsel dan internet untuk belajar. Hal tersebut bahkan 'menumbalkan' orangtua untuk tidak bisa maksimal bekerja.
"Ya, jadi aku pernah bertemu dengan kurir online. Dia cerita kalau belum bisa kerja kalau anaknya belum selesai sekolah online-nya. Itu terjadi karena ponsel yang dimiliki cuma satu, jadi harus ganti-gantian," katanya.
Tentu, ini menjadi masalah yang tidak bisa dibiarkan. Semakin lama anak-anak yang tidak memiliki akses ponsel atau kuota internet dibiarkan, semakin jauh ketertinggalan yang dia rasakan. Maka dari itu, perlu dilakukan gerakan solutif yang dirasa tepat.
Karena itu, inisiasi seperti mengajak masyarakat untuk berdonasi ponsel atau dalam bentuk uang menjadi salah satu cara yang dipercaya tepat sasaran dan tepat guna. Ini dinilai menjadi langkah konkrit yang bisa dilakukan semua orang di situasi pandemi sepeeti sekarang.
"Ya, setidaknya inisiasi seperti menyumbangkan ponsel ke anak-anak yang membutuhkan bisa jadi solusi buat mereka agar tetap bisa belajar di tengah pandemi," papar Dion. Ia pun menjelaskan bahwa di sinilah diuji rasa keperduliaan seseorang terhadap nasib orang lain.
Hal itu pun dibenarkan Aviaska. Menurutnya, bisa memberikan kebaikan untuk anak-anak usia sekolah, salah satunya berupa donasi ponsel serta kuota internet tentu akan berdampak luar biasa untuk bangsa ini. "Donasi tersebut akan membantu si anak mengejar ketertinggalannya dan generasi muda pun bisa menjadi generasi emas karena tetap terpapar pendidikan," tambahnya.
(Dyah Ratna Meta Novia)