Saat virus corona menjadi kekhawatiran bersama, kondisi kesehatan yang kurang fit akan membuat kecemasan tersendiri. Kalau sudah muncul gejala, sangat disarankan untuk datang ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapat penanganan.
Gejala umum COVID-19 meliputi demam di atas 38 derajat celsius, batuk kering, sesak napas, lesu, bahkan beberapa kasus menunjukan gejala diare. Tapi, apakah Anda tahu kondisi semacam ini juga bisa dialami pasien psikosomatis.
Psikosomatis ini sendiri muncul karena kekhawatiran berlebih terhadap pandemi COVID-19. Ketika Anda terlalu banyak berpikir mengenai pandemi ini ditambah adanya asumsi negatif dalam pikiran, maka demam pun bisa muncul.
Lantas, bagaimana kemudian cara kita membedakan gejala yang muncul itu tanda psikosomatis atau benar COVID-19?
Psikolog Siti Suminarti Fasikhah menuturkan, psikosomatis itu muncul setelah Anda memberikan stigma terhadap diri Anda sendiri. Maksudnya, Anda terlalu banyak berpikir mengenai COVID-19 yang kemudian memunculkan perasaan takut berlebih, dan akhirnya psikosomatis ini muncul.
Nah, untuk membedakan psikosomatis atau benar COVID-19, diterangkan Siti, Anda tetap harus melakukan pemeriksaan ke layanan medis, seperti puskesmas atau rumah sakit terdekat. Pemeriksaan ini untuk memastikan dari mana sumber gejala yang muncul.
"Psikosomatis itu kan gejala yang muncul sebenarnya mungkin secara medis tidak terlihat. Nah, kalau COVID-19, dapat dikenali," papar Siti, beberapa waktu lalu.
Wakil Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang ini melanjutkan, setelah pemeriksaan medis, Anda tentu akan mendapatkan obat untuk mengatasi gejala yang muncul. Obat ini tentu dimaksudkan untuk memperkuat sistem imun kembali.
Jika seminggu masih mengalami masalah yang sama, sangat disarankan untuk datang ke fasilitas kesehatan lagi untuk melakukan pemeriksaan lanjutan. Ini biasanya berupa tes darah, rontgen paru, atau bahkan lebih jelasnya dengan CT Scan.
"Dari pemeriksaan lab ini akan diketahui hasil pastinya. Kalau memang mengarah ke COVID-19, ya, melalukan tes lanjutan berupa test COVID-19, kalau membaik, ya, itu berarti memang hanya psikosomatis," paparnya.
Ingat, perubahan sekecil apapun yang muncul dalam tubuh dan berangsur terus menerus tanpa ada perbaikan dengan tak diberikan obat, harus diwaspadai. Jika situasinya memburuk, segera datangi fasilitas kesehatan.
Sementara itu, psikosomatis bisa dikendalikan dengan mengonsumsi makanan sehat dan membatasi pencetus stres. Kontrol diri dan menjaga kestabilan pikiran menjadi hal penting yang harus dilakukan di tengah pandemi COVID-19 ini.
(Helmi Ade Saputra)