JAKARTA - Metode kontrasepsi alami yang populer dengan sebutan “cabut singkong” atau withdrawal method (coitus interruptus) masih banyak digunakan pasangan di berbagai belahan dunia.
Cara ini dilakukan dengan menarik penis keluar dari vagina sebelum ejakulasi, dengan tujuan mencegah sperma masuk dan membuahi sel telur.
Namun, menurut data dari Centers for Disease Control and Prevention pada tahun 2022, efektivitas metode ini cukup rendah dibandingkan kontrasepsi modern lain.
Dalam penggunaan sempurna, risiko kehamilan hanya sekitar 4 persen per tahun. Tetapi pada praktik sehari-hari, angka kegagalannya bisa mencapai 20–27 persen.
Hal ini disebabkan adanya cairan praejakulasi yang berpotensi mengandung sperma serta kesulitan mengontrol waktu ejakulasi. Tidak heran jika Planned Parenthood menyebut metode ini jauh lebih berisiko ketimbang penggunaan kondom, pil KB, IUD, atau suntik KB.
Selain itu, KB “cabut singkong” juga tidak memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual (PMS), sehingga rawan jika dilakukan dengan pasangan yang status kesehatannya tidak jelas.
Meski begitu, beberapa pasangan tetap memilih metode ini karena mudah, tanpa biaya, dan tidak menggunakan alat tambahan. Akan tetapi, pakar kesehatan merekomendasikan penggunaan metode kontrasepsi lain yang lebih efektif dan aman, seperti kondom (85% efektif pada pemakaian normal) atau pil KB yang mencapai lebih dari 90% efektivitas.
KB “cabut” bisa menjadi pilihan sementara, tetapi bukan metode kontrasepsi yang paling aman dan efektif. Bagi pasangan yang benar-benar ingin menunda kehamilan, konsultasi dengan tenaga medis untuk menemukan metode KB yang lebih sesuai sangat dianjurkan.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)