JAKARTA – Viral balita bernama Raya berusia 3 tahun meninggal dunia karena ratusan cacing di tubuhnya. Dari hasil pemeriksaan medis, tubuh Raya terserang infeksi penyakit askariasis yang diakibatkan cacing gelang (Ascaris lumbricoides) yang umumnya hidup di tanah.
Ratusan cacing yang sudah dikeluarkan dari tubuh Raya mencapai berat 1 kilogram, namun jumlah cacing tersebut masih tetap banyak. Berdasarkan hasil CT scan dan rontgen, ratusan telur cacing sudah bersemayam di kepala balita malang tersebut.
Raya adalah anak dari seorang ibu bernama Endah yang tidak sehat secara mental atau ODGJ. Sementara ayahnya dalam kondisi sakit.
"Enggak dibawa berobat karena enggak ada biaya," kata Endah dilansir dari Instagram Rumah Teduh Sahabat Iin, Rabu (20/08/2025).
Kisah memilukan dialami bocah berusia tiga tahun bernama Raya. Warga Desa Cihanaga, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, ini meninggal dunia setelah tubuhnya dipenuhi ratusan cacing gelang.
Sebelum menghembuskan napas terakhir, Raya sempat dirawat intensif selama delapan hari di RSUD R. Syamsudin SH Kota Sukabumi. Saat tiba di rumah sakit, kondisinya sangat memprihatinkan.
Dokter yang merawat Raya menemukan cacing gelang yang hidup keluar dari hidungnya saat pemeriksaan. Tak hanya itu, ratusan cacing lain yang sebagian masih hidup juga dikeluarkan dari kemaluan dan anus bocah malang tersebut.
Humas RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi, dr Irfan mengatakan, Raya dibawa oleh relawan kemanusiaan Rumah Teduh Sukabumi ke Instalasi Gawat Darurat (IGD).
"Pasien datang dibawa keluarga dan tim pengantar dalam keadaan tidak sadar. Hasil pemeriksaan awal menunjukkan syok atau kekurangan cairan berat," ujar Irfan.
Lebih lanjut Irfan menjelaskan, kondisi syok pasien berhasil ditangani, namun penyebab penurunan kesadaran belum diketahui pasti. Pada saat pasien di IGD, tiba-tiba keluar cacing dari hidungnya.
"Dari situ, kita mulai menduga ada kaitannya dengan infeksi cacing. Setelah kondisinya sedikit stabil, Pasien dirujuk ke ruang PICU untuk mendapat penanganan intensif anak," jelas Irfan.
Menurutnya, infeksi bisa terjadi ketika telur cacing tertelan, baik melalui makanan, minuman, maupun tangan yang kotor. Telur akan menetas di usus, lalu berkembang jadi larva yang bisa menyebar lewat aliran darah ke organ-organ, bahkan otak. Hal ini menyebabkan pasien bisa tidak sadar.
Irfan menduga, penyebabnya adalah pasien sering main di tanah tanpa menggunakan sandal dan juga kondisi lingkungan tempat tinggal Raya yang ikut mempengaruhi karena tinggal di rumah panggung sederhana dengan tanah terbuka di bawahnya.
"Kasus parah seperti ini sangat jarang hingga berujung kematian. Pasien juga diduga mengalami komplikasi tuberkulosis meningitis, mengingat orang tuanya sedang dalam pengobatan TB paru. Jadi kemungkinan penyebabnya kombinasi antara infeksi cacing dan TB," ujar Irfan.
Irfan menambahkan, segala upaya medis untuk menyelamatkan nyawa Raya sudah ditempuh, namun kondisi yang kritis sejak awal membuat obat cacing tak bekerja optimal.
"Raya dibawa ke rumah sakit dalam kondisi terminal. Kalau penilaian saya pribadi sudah amat sangat terlambat dibawa ke rumah sakit. Obat yang kita berikan tidak bisa seefektif itu. Pada akhirnya, Raya meninggal dunia pada 22 Juli 2025 pukul 14.24 WIB," pungkasnya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)