MALANG - Kemunculan kembali Covid-19 disikapi oleh ahli kesehatan Universitas Brawijaya (UB) supaya masyarakat tidak panik. Covid-19 yang sempat membuat geger dunia, termasuk di Indonesia diminta masyarakat tetap waspada dan tak menyepelekannya meskipun sudah melakukan serangkaian vaksinasi.
Ahli paru UB dr. Rezki Tantular menyatakan, Covid-19 memang saat ini mengalami fase naik dan turun, atau masih fluktuatif, sehingga masyarakat diimbau tidak panik dan tetap menjaga kewaspadaannya, meskipun sudah melakukan vaksinasi.
"Meskipun pada kasus Covid-19 yang lama masyarakat sudah banyak yang melakukan vaksin namun tetap harus menjaga kesehatan dan kewaspadaan. Jika sakit tetap menggunakan masker. Karena yang namanya virus pasti tidak akan pernah hilang," kata Rezki Tantular, dikonfirmasi pada Rabu (11/6/2025).
Menurutnya, saat ini di beberapa negara Asia, angka Covid-19 terus melonjak pekan - pekan ini. Bahkan di Thailand angka penderita Covid-19 sudah menyentuh 50 ribu kasus dalam 8 hari, serta sekitar 100 ribu kasus dalam sebulan terakhir. Di Singapura dan Hong Kong trennya pun juga mengalami peningkatan drastis, meskipun pada laporan secara global angka Covid-19 di Brasil justru menurun.
"Tapi di Brazil mengalami fase puncaknya pada Februari lalu, meskipun saat ini turun. Saat ini yang beredar sub-varian omicron, tidak ada varian baru yang beredar," ucap Rezki kembali.
Di Indonesia sendiri kasus-kasus Covid-19 memang tidak dilakukan tes massal rutin, sehingga tidak ada kasus yang terdeteksi sepenuhnya. Tapi diakuinya, banyak masyarakat yang sudah lebih kebal karena sudah divaksin dan sudah pernah terinfeksi.
“Covid-19 masih ada di Indonesia. Namun, sudah dianggap endemi, bukan pandemi lagi," tegasnya.
Rezki menyarankan, agar selalu melakukan cross checking atas segala informasi yang beredar mengenai Covid-19 dan virusnya. Misalnya, munculnya informasi menyesatkan di media bahwa vaksin Covid-19 tidak dianjurkan untuk wanita hamil dan anak-anak. “Informasi ini salah dan justru pada saat terjadi peningkatan kasus, vaksinasi tetap diperlukan," tegasnya kembali.
Pihaknya pun meminta masyarakat tidak mudah percaya dengan informasi hoaks atau tidak benar yang masih ditemukan mudah beredar di masyarakat, termasuk kebiasaan yang perlu ditingkatkan dalam hal menjaga kesehatan.
Sementara itu, Pakar Virus Fakultas Kedokteran (FK) UB, dr. Andrew William Tulle, M.Sc mengatakan, virus Covid-19 nyatanya tidak pernah menghilang hanya saja, jumlahnya yang menurun di Indonesia.
“Tapi sejujurnya, Covid-19 masih ada, cuma memang tidak separah dulu," ujar Andrew William Tulle, dikonfirmasi terpisah.
Menurutnya virus ini terus berubah menjadi varian-varian baru. Sekalipun kita sudah mendapatkan vaksin, tubuh mempunyai batas daya tahan. Saat ketahanan tubuh menurun, ditambah munculnya virus Covid-19 varian baru, bermutasi, lebih mudah masuk, mudah tersebar, sehingga kasus Covid-19 naik kembali.
"Covid-19 yang akhir-akhir ini merebak merupakan virus varian baru yang induknya masih omicron. Menurut laporan resmi, di Thailand di temukan varian XAC sama JN1, di Singapura LF7 dan NB1.8, di Malaysia XAC sama JN1. “Itu masih bagian omicron sebenarnya,” jelas dr Andrew, yang juga dosen di Fakultas Kedokteran (FK) UB.
Dirinya menjelaskan, bahwa varian baru ini mengalami mutasi yang membuatnya lebih kuat berikatan dengan reseptor pada saluran pernapasan, sehingga lebih mudah ditransmisikan antara orang dibandingkan varian yang sebelumnya. Meskipun cara virus ini bertransmisi masih sama yakni lewat droplet, batuk, dan bersin.
“Meskipun bermutasi dan lebih kuat berikatan reseptor, bukan berarti dia lebih mudah ditransmisikan kaya aerosol gitu, tidak,” tuturnya.
Aerosol disebutnya merupakan istilah umum yang mengacu pada partikel padat atau cair yang sangat kecil dan ringan, sehingga dapat tertular dan mengapung di udara. Beberapa partikel yang tergolong aerosol yakni debu, asap, dan virus yang menular lewat udara.
Makanya dr. Andrew menyarankan, untuk melakukan vaksinasi kembali yang telah disesuaikan dengan varian virus terbaru yang tersebar. Apabila menggunakan vaksin lama masih bisa namun, daya tangkalnya menjadi menurun.
“Kalau di luar negeri seperti di Amerika hampir setiap tahun mereka membuat varian vaksin baru menyesuaikan dengan varian virus yang terbaru menyebar," paparnya.
Meskipun virus ini terjadi secara lintas batas negara, dr. Andrew belum melihat urgensi untuk adanya penutupan aktivitas lintas negara namun, tetap perlu waspada. Solusinya cukup melakukan pemeriksaan orang-orang yang habis bepergian dari luar negeri.
"Misalnya, ada orang dari luar negeri yang sudah sakit, kita cek kesehatannya. Jika COVID-19, kita perlu tindakan seperti dulu; kita lihat kontaknya siapa saja dan dibatasi aktivitasnya. Tapi, tidak perlu sampai menutup perbatasan,” tukasnya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)