Pentingnya Deteksi Dini Kanker Payudara, Cegah Keparahan hingga Risiko Kematian

Leonardus Selwyn Kangsaputra, Jurnalis
Jum'at 04 Oktober 2024 20:00 WIB
Deteksi dini kanker payudara. (Foto: Freepik)
Share :

DETEKSI dini merupakan hal yang penting untuk menemukan kanker payudara ketika masih di stadium awal dan menentukan pengobatan yang tepat pada pasien. Deteksi dini kanker payudara saat ini termasuk dalam Strategi Nasional Penanggulangan Kanker Payudara Indonesia dari Kementerian Kesehatan RI yang mencakup tiga pilar yakni promosi kesehatan, deteksi dini dan tatalaksana kasus. 

Secara rinci ketiga pilar tersebut menargetkan 80 persen perempuan usia 30-50 tahun dideteksi dini kanker payudara, 40 persen kasus didiagnosis pada stage 1 dan 2 dan 90 hari untuk mendapatkan pengobatan. Berdasarkan hal tersebut, untuk pertama kalinya Indonesia mengadakan Indonesia International Cancer Conference 2024 di Bali. 

Acara ini didukung oleh asosiasi internasional dan nasional dari lintas spesialis serta dihadiri oleh ribuan dokter dari berbagai negara. Data Globocan 2022 menemukan fakta bahwa jumlah kasus baru kanker payudara mencapai 66.271 atau 16,2 persen dari total kasus kanker baru. 

Sementara itu, untuk jumlah kematiannya mencapai lebih dari 22.598 kasus. Namun, berdasarkan studi, hanya lima persen perempuan Indonesia yang mengetahui mengenai pemeriksaan dini kanker payudara, seperti dengan metode ultrasonografi dan mamografi. 

Bahkan menurut ACS Journal, diperkirakan 25 persen perempuan yang membutuhkan pemeriksaan (berusia 40 tahun ke atas) belum melakukannya dalam dua tahun terakhir, dan hampir 40 persen perempuan dengan penghasilan rendah belum pernah melakukan mammogram sama sekali. 

Deteksi Dini Kanker Payudara. (Foto: Freepik)

Ketua Scientific IICC sekaligus Dokter Spesialis Onkologi Radiasi, Prof. Dr. dr. Soehartati A. Gondhowiardjo, Sp.Onk.Rad (K) mengatakan kebanyakan pasien kanker yang diterapi sudah dalam stadium lanjut. Deteksi dini akan meningkatkan keberhasilan penanganan kanker payudara secara signifikan sebanyak 43 persen.

"Jika pasien rutin melakukan deteksi dan menghindari faktor risiko penyebab kanker. Sesuai pilar transformasi kesehatan dalam SDM kesehatan, tenaga kesehatan juga perlu meningkatkan pengetahuan dan keahlian dalam melakukan deteksi dini maupun penanganan pasien kanker payudara, termasuk didalamnya, pengoperasian teknologi yang digunakan," kata dr Soehartati, merangkum dari siaran pers yang diterima Okezone, Jumat (4/10/2024).

 

Dokter Soehartati menambahkan, dengan bekal transfer of knowledge dan adaptasi terhadap teknologi terbaru sangatlah penting. Dia bahkan optimis Indonesia bisa menurunkan angka kejadian kanker payudara.

Saat ini, Kementerian Kesehatan RI telah mengenalkan deteksi dini kanker payudara seperti Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) dan Pemeriksaan Payudara secara Klinis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan (SADANIS). Selain itu, deteksi dini kanker payudara juga dapat dilakukan dengan metode mamografi, dimana melalui citra ultrasonografi dan mamografi, dokter bisa melihat jaringan yang tampak berbeda dari struktur sel normal.

Seperti diketahui, IICC 2024 merupakan platform bagi para ahli di tingkat internasional dan nasional, komunitas internasional, para pengambil keputusan, ahli teknologi, pelaku industri kesehatan, dokter, dan pemangku kepentingan lainnya untuk berinteraksi, berdiskusi, dan memberikan solusi terbaik dan akses yang cepat terhadap produk kesehatan berkualitas tinggi yang mendukung pengobatan kanker. 

"Kemajuan teknologi dalam deteksi dini, merupakan salah satu topik yang akan dibahas. Saya berharap, para partisipan dapat bersama-sama mendukung turunnya angka kematian yang disebabkan oleh kanker payudara," katanya.
 

(Leonardus Selwyn)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita Women lainnya