RUMAH Sakit (RS) Sumber Santosa Tumpang, Malang, memang memiliki desain arsitek khas Eropa. Konon rumah sakit ini dahulunya merupakan tempat penyimpanan senjata, markas pasukan, sekaligus rumah sakit yang dimiliki Belanda saat masa kependudukan di Indonesia.
Pemerhati sejarah Malang Eko Irawan mengatakan, sejarah RS Sumber Santosa Tumpang tak bisa dilepaskan dari masa kolonial kependudukan Belanda. Rumah sakit itu mulai digunakan pada tahun 1920 oleh pemerintah Belanda di kawasan Tumpang, yang kini masuk Kabupaten Malang.
"Rumah sakit Belanda, dipakai mulai tahun 1920an, sudah mulai dirintis, selain untuk kepentingan penyebaran agama Nasrani, mereka juga bergerak untuk persiapan pasukan Belanda," ucap Eko Irawan.
Ketika masa proklamasi, semua bangunan peninggalan Belanda di Malang dikuasai kembali oleh Arek Malang, termasuk rumah sakit tersebut. Tapi ketika upaya penguasaan kembali Belanda dan sekutunya bertajuk agresi militer satu dan dua, mulai membuahkan hasil, rumah sakit itu jatuh kembali ke tangan Belanda.
"Belanda itu mereka menempati bekas-bekas rumah sakit, seperti di Tumpang itu bekas Rumah Sakit Sumber Santosa, itu ditempati markas. Di situ dibuat nyimpan senjata, gudang milik KUD, itu dibuat markas polisi, di Tumpang," katanya.
Makanya di sekitar area rumah sakit itu, pernah diserang oleh tentara pejuang kemerdekaan Indonesia, dibantu oleh Pasukan Gerilya Istimewa (PGI) yang beranggotakan eks tentara Jepang, yang membela Indonesia melawan Belanda.
Serangan itu dilancarkan begitu cepat dan tiba-tiba pada 3 Oktober 1948 oleh tentara PGI dan pejuang gerilyawan ke pos-pos Belanda, di kawasan Tumpang, termasuk di RS Sumber Santosa, yang jadi markas tentara.
"Serangan gerilya ini dibantu rakyat dengan penyerangan intensif, menggunakan bahan peledak, dan aksi pembakaran-pembakaran. Hasilnya, terbakarnya asrama musuh dan tiga serdadu Belanda tewas," tuturnya.
Makanya kata Eko, tak jauh dari rumah sakit di Jalan Raya Kebonsari, Tumpang, ke arah selatan terdapat pertigaan dekat Taman Makam Pahlawan Tumpang, yang di tengah simpang tiga itu juga terdapat Monumen Tugu Pahlawan Tumpang, yang menandakan pernah terjadi peristiwa pertempuran antara tentara Belanda dan gabungan gerilyawan Indonesia dibantu PGI.
"Dulu pada 3 Oktober 1948 memang lokasi pertempurannya di sana. Sampai sekarang bangunan di sana juga masih asli, ada beberapa bangunan memiliki nilai cagar budaya di Tumpang sana," ujarnya.
(Leonardus Selwyn)