KASUS Mpox alias cacar monyet varian clade 1b mulai ditemukan di Thailand. Penemuan ini membuat Thailand dan menjadi negara Asia pertama yang mengkonfirmasi varian berbahaya satu ini.
Kasus Mpox varian clade 1b tersebut diduga berasal dari pasien yang baru tiba di Bangkok pada 14 Agustus, usai melakukan perjalanan dari Afrika. Lantas, seberapa berbahaya dan menularnya Mpox varian clade 1b ini? Dan apa saja gejalanya? Berikut ulasannya, melansir dari berbagai sumber, Senin (26/8/2024).
Varian Clade 1b dianggap lebih menular dibanding varian Clade 1 dan Clade 2 yang sebelumnya ditemukan di negara tersebut. Mpox varian Close 1b umumnya memiliki sejumlah gejala yang lebih parah dengan tingkat komplikasi yang lebih tinggi. Mulai dari ensefalitis, pneumonia dan gangguan pernapasan, serta infeksi bakteri sekunder.
“Pasien sering kali mengalami ruam kulit yang lebih parah, lesi yang lebih besar, dan limfadenopati yang lebih parah,” ujar Konsultan Penyakit Dalam, CK Rumah Sakit Birla, Gurugram, dr Tushar Tayal, dilansir dari laman Times Of India.
“Penyakit ini memiliki tingkat penularan dari orang ke orang yang lebih tinggi, terutama melalui tetesan pernapasan dan kontak dekat,” katanya.
Direktur Senior Penyakit Dalam, Rumah Sakit Fortis, Noida, dr Ajay Agarwal mengatakan, varian Clade 1 juga memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi, yakni berkisar antara satu persen hingga 10 persen pada beberapa wabah, sehingga lebih mematikan dibandingkan Clade 2.
“Clade 1 biasanya menyebabkan gejala yang lebih parah seperti demam tinggi, sakit kepala parah, mialgia, dan pembesaran kelenjar getah bening,” ujar dr Ajay.
“Lesi kulit biasanya luas dan sering kali dapat menyebabkan jaringan parut di daerah yang terkena, sedangkan Clade 2 dikaitkan dengan gejala yang lebih ringan,” katanya.
Sebagai informasi, pada bulan lalu, kasus strain virus Clade 1b dilaporkan tidak hanya dari Burundi, Kenya, Rwanda, dan Uganda, yang berbatasan dengan Kongo, tetapi juga dari Thailand dan Swedia, di mana kasus sebelumnya belum pernah dilaporkan.
Sekretaris Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mencatat bahwa WHO dan mitranya telah mengembangkan Rencana Strategis Kesiapsiagaan dan Respons Global untuk Virus Mpox guna menghentikan wabah melalui upaya global, regional, dan nasional yang terkoordinasi.
"Rencana itu berfokus pada penerapan strategi pengawasan dan respons yang komprehensif, memajukan penelitian dan akses yang adil terhadap langkah-langkah medis, meminimalkan penularan zoonosis, dan memberdayakan komunitas untuk berpartisipasi aktif dalam pencegahan dan pengendalian wabah," ujarnya.
Tedros mengatakan bahwa WHO telah bekerja dengan berbagai mitra internasional, regional, nasional, dan lokal untuk meningkatkan kesiapsiagaan terhadap virus itu dan meningkatkan koordinasi dalam respon sejumlah wilayah kunci.
Dia mencatat bahwa Kantor Regional WHO untuk Afrika akan memimpin bersama koordinasi upaya respon Mpox di wilayah Afrika, bekerja sama dengan CDC Afrika yang berbasis di Ethiopia, di mana kebutuhan akan respon itu paling besar.
(Leonardus Selwyn)