KETUA Junior Doctors Network IDI (Official JDN yang diakui World Medical Association), dr Tommy Dharmawan, SpBTKV, PhD menyebut ada beberapa kendala yang dialami oleh peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS). Salah satu kendalanya adalah jam kerja yang tidak manusiawi.
Dia mengatakan masalah ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi beberapa negara tetangga. Misalnya peserta PPDS mulai bekerja pukul 05.00 WIB dan selesai pukul 21.00 WIB.
“Jadi memang problem jam kerja yang tidak manusiawi cukup lumrah dan terjadi di seluruh dunia,” ujar dr Tommy dalam Media Briefing mengenai Bullying PPDS bersama PB IDI & JDN IDI, Rabu (21/8/2024).
Dokter Tommy menjelaskan waktu ideal yang direkomendasi untuk bekerja adalah 80 jam per minggu. Lebih dari itu, akan membuat peserta PPDS mengalami burn out dan berakibat pada pelayanan pasien yang tidak baik.
“Jam kerja ini juga berhubungan dengan pola rumah sakit yang digenjot oleh atasan. Oleh kementerian kesehatan misalnya, untuk memberikan pelayanan yang makin besar. Akhirnya PPDS jam kerjanya meningkat dan jam kerjanya makin gak manusiawi disitu,” tuturnya.
Menurut dr Tommy, kultur yang tidak baik ini perlu dihilangkan dengan membangun tata kelola yang baik. Tata kelola yang baik harus diatur oleh pemerintah, disosialisasikan ke bawah.
Sementara tata kelola yang baik harus dilakukan oleh pengelola program studi terkait masalah konseling, burn out, dan way out bagi peserta PPDS yang tidak kuat hingga masalah perundungan.
"Usulan saya minta supaya PPDS diatur jam kerjanya. Harus sesuai rekomendasi dan dipilih sesuai dengan spesialisnya. Supaya sesuai kompetensinya ketika lulus paripurna atau bisa memeriksa pasien dengan baik," katanya.
(Leonardus Selwyn)