PARA ilmuwan di Tiongkok belum lama ini berhasil menemukan spesies baru ular berbisa yang ganas dan sangat agresif. Ular berbisa yang hidup di wilayah pegunungan itu ditemukan di Provinsi Yunnan, tepatnya di sebuah wilayah terpencil Kabupaten Yingjiang.
Ular itu kemudian dinamakan Ovophis Jenkinsi. Nama tersebut diberikan sebagai bentuk penghormatan kepada seorang ahli herpetologi terkenal, Robert Jenkins.
Ovophis Jenkinsi ini sangat menonjol dengan warnanya yang khas, mulai dari abu-abu kecoklatan tua hingga coklat oranye tua yang dihiasi bercak trapesium di sepanjang punggungnya. Karakteristik fisiknya yang khas membedakannya dengan jenis ular pit viper lainnya dan juga membuktikan beragamnya spesies tersebut.
Penemuan ini tidak lepas dari kerja lapangan yang luas dan pemanfaatan teknologi yang canggih. Para peneliti menggunakan foto udara beresolusi tinggi dan model kecerdasan biasa yang dioptimalkan untuk memetakan habitat dan kesehatan pepohonan di seluruh wilayah secara akurat.
Hal ini akan mengarahkan langsung pada identifikasi spesies ular berbisa baru. Dengan metode ini, para ilmuwan kemungkinan besar dapat menjangkau wilayah yang luas dengan presisi yang belum pernah terjadi sebelumnya sehingga akan meningkatkan pemahaman mereka tentang ekosistem sekaligus penghuninya.
Perilaku dari Ovophis Jenkinsi ini menjadi salah satu aspek menarik yang dimilikinya. Taktik pertahanan agresif yang dimiliki ular beracun ini membedakannya dengan kebanyakan ular pada umumnya yang lebih suka melarikan diri saat merasa terancam.
“Biasanya bergerak lambat namun menunjukkan agresi besar ketika diganggu. Saat terancam, ular ini menggembungkan tubuhnya agar terlihat lebih besar dan menyerang dengan cepat," ungkap salah satu ilmuwan, melansir Newsweek.
Karakter dan gigitannya yang beracun menunjukkan adaptasi evolusioner ular berbisa untuk bertahan hidup di kawasan pegunungan Yunnan. Penemuan ini juga menyoroti pentingnya konservasi di wilayah tersebut.
Populer dengan keanekaragaman hayatinya yang kaya, Yunnan juga merupakan wilayah yang harus menghadapi tantangan ekologi yang merupakan dampak dari perubahan iklim dan aktivitas manusia.
Oleh karena itu, dengan mengidentifikasi spesies baru ini dan memahami hebatnya, para peneliti bisa melakukan advokasi dengan lebih benar lagi terhadap langkah-langkah konservasi yang diperlukan untuk melindungi ekosistem unik tersebut.
“Kami akan mengumpulkan lebih banyak informasi tentang Ovophis Jenkinsi di masa depan, termasuk penampilan, distribusi, dan kebiasaannya, untuk meningkatkan pemahaman kami tentang spesies ini,” tulis para peneliti dalam laporannya.
Para ilmuwan itu juga menambahkan bahwa penemuan Ovophis Jenkinsi ini merupakan bukti kekayaan keanekaragaman hayati di Yunnan sekaligus menekankan pentingnya penelitian berkelanjutan dan upaya konservasi untuk melindungi spesies-spesies unik di kawasan tersebut.
(Rizka Diputra)