Kondisi Kulit Mampu Pengaruhi Emosional dan Mental? Ini Faktanya

Devi Pattricia, Jurnalis
Senin 22 April 2024 20:00 WIB
Kondisi kulit pengaruhi mental dan emosional seseorang. (Foto: Freepik.com)
Share :

MEMILIKI kulit sehat dan glowing menjadi idaman para kaum hawa saat ini. Tak jarang banyak wanita yang mengusahakan berbagai macam cara untuk memiliki kulit idamannya.

Bahkan saking tergila-gilanya dengan kulit glowing dan mulus, banyak anak-anak perempuan yang mulai mengaplikasikan skincare hingga melakukan perawatan khusus di usia yang amat muda. Peristiwa tersebut menyadarkan bahwa sebegitu besarnya kondisi kulit berpengaruh pada kepercayaan diri seseorang melalui tampilan fisik.

Bahkan seorang Kepala Laboratorium Ilmu Saraf Psikiatri di Institut Kesehatan dan Kedokteran Tropis Australia, Profesor Zoltan Sarnyai mengungkap bahwa masalah kesehatan mental serta emosi bisa terjadi karena banyak faktor, salah satunya akibat kondisi kulit.

“Masalah kesehatan mental dan emosi dapat terwujud dalam berbagai cara, yang dapat menyebabkan peningkatan kadar kortisol dan reaksi histamin,” ujar Profesor Zoltan Sarnyai, dikutip dari Vogue, Senin (22/4/2024).

Tak cuma itu, Profesor Zoltan Sarnyai juga menemukan sebuah penelitian yang menunjukkan adanya keterkaitan antara emosi dengan jerawat. Sebanyak 67 persen orang menganggap munculnya jerawat bisa memicu stres lho.

“Dalam sebuah penelitian antara emosi dan jerawat, 67 persen dari kelompok pasien melaporkan adanya hubungan antara timbulnya jerawat dan peristiwa yang memicu stres,” ujarnya.

Profesor Zoltan Sarnyai juga mengidentifikasi lebih dalam terkait neurotransmitter yang terhubung dengan kulit seseorang. Dari situ ditemukan adanya empat pesan utama di otak yang mempengaruhi fungsi dan kualitas kulit dengan juga bekerja pada emosi.

Pertama, Profesor Zoltan Sarnyai melaporkan adanya hormon B-endorfin yang di otak berkontribusi pada kesenangan dan juga membantu regenerasi kulit seseorang. Kemudian ada Gamma-Aminobutyric Acid (GABA), sebagai neurotransmitter yang bisa mengurangi stres dan kecemasan, serta menenangkan peradangan pada kulit.

Bukan cuma itu, dia pun menemukan kortisol dalam otak yang bisa berpengaruh pada tingkat stres. Namun juga dapat melemahkan pelindung kulit dan membuat kulit lebih sensitif. Selain itu, adapun Peptida terkait gen kalsitonin (CGRP) yang jika dikonsumsi secara berlebihan bisa membuat tubuh lebih mudah merasakan sakit dan menyebabkan stres inflamasi.

(Leonardus Selwyn)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita Women lainnya