PENYANYI lawas Widi Mulia mengabarkan bahwa anak pertamanya Widuri mengidap tonsillopharyngitis. Hal itu dia sampaikan di laman Instagramnya.
Dalam postingannya itu terlihat Widuri yang sedang terbaring di rumah sakit dengan infusan di tangan. Namun pemain film Keluarga Cemara itu masih memberikan senyum manisnya di kamera.
Widi menceritakan sebelum didiagnosai tonsillopharyngitis, sang anak sempat diduga thypus. Namun setelah analisa hasil observasi dokter dan gejala klinis secara lengkap, penyebab demam yang hampir berlangsung lebih dari 4 x 24 jam, kondisi Widuri sangat dekat dengan diagnosa tonsillopharyngitis.
Lantas apakah penyakit tonsillopharyngitis?
Dilansir dari MSD Manual Professional Version, Senin (25/3/2024) tonsillopharyngitis adalah infeksi akut pada faring, tonsil palatina, atau keduanya. Gejala pada penyakit ini biasanya sakit tenggorokan, odynophagia, limfadenopati serviks, dan demam.
Penyebab tonsillopharyngitis
Tonsilofaringitis biasanya disebabkan oleh virus, paling sering disebabkan oleh virus flu biasa (adenovirus, rhinovirus, influenza, virus corona, dan virus pernapasan), tetapi kadang-kadang oleh virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks, sitomegalovirus, atau HIV.
Sebanyak 30 persen pasien tonsillopharyngitis penyebabnya adalah bakteri streptokokus beta-hemolitik grup A (GABHS). Biasanya penyakit ini sering diidap oleh anak usia lima dan 15 tahun dan jarang terjadi sebelum usia tiga tahun. Penyakit ini lebih jarang terjadi pada orang dewasa yang lebih tua.
Gejala tonsillopharyngitis
Para penderita tonsillopharyngitis akan mengalami beberapa gejala, seperti nyeri saat menelan dan sering menjalar ke telinga. Anak-anak yang masih sangat kecil yang belum bisa mengeluh sakit tenggorokan seringkali menolak makan.
Selain itu juga demam tinggi, malaise, sakit kepala, dan gangguan pencernaan sering terjadi, begitu pula halitosis dan suara hilang dan serak. Amandel bengkak dan merah dan sering kali mengeluarkan eksudat bernanah.
Kondisi ini, akan sembuh dalam waktu tujuh hari, dengan atau tanpa antibiotik. Penyakit ini bila tidak diobati dapat menyebabkan komplikasi supuratif lokal, misalnya abses peritonsil atau selulitis dan terkadang menyebabkan demam rematik atau glomerulonefritis.
Pemeriksaan klinis
Tonsillopharyngitis dapat dicek melalui tes antigen cepat, kultur, atau keduanya, secara rutin atau selektif. Tes antigen cepat bersifat spesifik tetapi tidak sensitif dan mungkin perlu diikuti dengan kultur yang 90 persen spesifik dan 90 persen sensitif.
Pada orang dewasa, banyak pihak berwenang merekomendasikan penggunaan empat kriteria skor Centor yang yakni, riwayat demam, eksudat tonsil, tidak adanya batuk, dan limfadenopati serviks anterior yang nyeri
Pengobatan simtomatik
Untuk pengobatannya sendiri bisa diberi antibiotik, tonsilektomi berulang, dan perawatan suportif untuk tonsilofaringitis meliputi analgesia, hidrasi, dan istirahat.
(Leonardus Selwyn)