UNICEF mengatakan ada sebanyak 700 ribu anak di Sudan mengalami malnutrisi terburuk tahun ini. Keadaan semakin diperburuk dengan puluhan ribu orang yang terancam meninggal dunia.
Hal itu terjadi akibat perang selama 10 bulan di Sudan antara angkatan bersenjata dan Pendukung Cepat paramiliter. Perang tersebut telah menghancurkan infrastruktur negara. Alhasil bencana kelaparan pun menerjang dan membuat jutaan orang harus mengungsi baik di dalam dan di luar negeri.
“Konsekuensi dari 300 hari terakhir berarti bahwa lebih dari 700 ribu anak kemungkinan akan menderita bentuk malnutrisi paling mematikan tahun ini,” kata James Elder selaku juru bicara UNICEF, dikutip dalam laman Aljazeera, Senin (12/2/2024).
“UNICEF tidak akan dapat mengobati lebih dari 300 ribu dari mereka tanpa akses yang lebih baik dan tanpa dukungan tambahan. Dalam hal ini, puluhan ribu kemungkinan akan mati,” katanya.
Elder mengartikan bentuk malnutrisi yang paling berbahaya yaitu sebagai malnutrisi akut parah, yang mana bisa membuat anak berisiko meninggal dunia, karena penyakit seperti kolera dan malaria. Oleh sebab itu, dia mengatakan ada 3,5 juta anak yang diproyeksikan menderita kekurangan gizi akut parah.
Lebih lanjut, kini UNICEF telah menyediakan makanan terapeutik yang siap pakai atau RUTF sebagai makanan penyelamat jiwa yang mengobati pemborosan parah pada anak-anak dibawah lima tahun ke Sudan. Bahkan Elder mengatakan ada setidaknya 500 persen pembunuhan dalam setahun akibat kekerasan seksual dan perekrutan anak-anak untuk bertarung.
“Itu setara dengan jumlah anak yang dibunuh, diperkosa atau direkrut. Dan angka-angka ini adalah puncak gunung es,” katanya sambil mengulangi kebutuhan mendesak untuk dilakukan gencatan senjata agar lebih banyak mendapat bantuan.
(Leonardus Selwyn)