ALASAN kenapa Gunung Anak Krakatau tidak boleh didaki akan dibahas pada artikel kali ini. Meski ada larangan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), namun masih banyak orang yang penasaran ingin mendaki gunung tersebut.
Lantas mengapa Gunung Anak Krakatau tak boleh didaki? Ternyata alasannya gunung api itu menjadi salah satu yang masih aktif.
Sebagai informasi Gunung Krakatau (Rakata) merupakan pusat dapur magma dari 3 (tiga) Pulau Gunung lainnya yakni Pulau Sertung, Pulau Panjang, dan Pulau Anak Gunung Krakatau.
Gunung ini tidak dapat didaki karena merupakan Gunung Api yang masih aktif (sehingga membahayakan pendaki) dan Gunung ini juga memiliki medan pendakian yang curam dan terjal, di mana kontur tubuh Gunung menyerupai tebing. Dengan demikian, sangatlah sulit untuk didaki dan cukup berbahaya.
(Foto: Instagram/@canro.simarmata)
Menurut catatan sejarah, Gunung Krakatau alami letusan besar pada 416 SM, yang menyebabkan tsunami dan pembentukan kaldera atau kawah (Judd, 1889).
Dari sumber yang lain, De Neve (1981), juga memperoleh keterangan bahwa sebelum itu, beberapa letusan terjadi pada abad ke-3, 9, 10, 11, 12, 14, 16, dan 17 yang diikuti dengan pertumbuhan kerucut Rakata, Danan, dan Perbuatan.
Letusan Krakatau pada 1883 melahirkan gunung baru yang saat ini dikenal dengan Gunung Anak Krakatau. Anak Krakatau mulai tumbuh pada 20 Januari 1930 hingga sekarang. Kecepatan pertumbuhan tingginya sekitar 0,5 meter (20 inci) per bulan.
Setiap tahun ia menjadi lebih tinggi sekira 6 meter (20 kaki) dan lebih lebar 12 meter (40 kaki). Saat ini, Anak Krakatau mempunyai elevasi tertinggi 338 mdpl.
Banyaknya letusan membuat Gunung Anak Krakatau tumbuh semakin besar dan tinggi membentuk kerucut yang mencapai tinggi 300 meter dari muka laut. Selain itu, wilayah daratannya pun semakin luas.
Sejak lahirnya hingga tahun 2000, Gunung Anak Krakatau telah erupsi lebih dari 100 kali baik bersifat eksplosif maupun efusif.
Pada umumnya titik letusan selalu berpindah-pindah di sekitar tubuh kerucutnya. Waktu istirahat Gunung Anak Krakatau berkisar antara 1-8 tahun dan terjadi 4 tahun sekali berupa letusan abu dan lelehan lava.
Aktivitas terakhirnya adalah letusan abu dan leleran lava yang berlangsung pada 8 November 1992-Juni 2000.
(Rizka Diputra)