Periskop 2024: Tren Pariwisata 2024, Wisata Berkelanjutan Masih Jadi Primadona

Syifa Fauziah, Jurnalis
Jum'at 12 Januari 2024 19:49 WIB
Labuan Bajo, salah satu destinasi wisata super prioritas (Foto: Pexels/Afif Ramdhasuma)
Share :

POTENSI destinasi wisata di Tanah Air sejatinya dimaksimalkan guna menjawab tantangan di 2024. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) terus berupaya mengedepankan pariwisata berkualitas dan berkelanjutan.

Terlebih tren dunia saat ini mengarah pada kegiatan ramah lingkungan. Lantas, wisata seperti apa yang diproyeksikan akan menjadi tren tahun ini?

Pengamat Pariwisata, Sapta Nirwandar menyebut tren pariwisata 2024 akan semakin berkembang pascapandemi.

Kini pelancong mulai mengarah pada wisata berkelanjutan. Banyak wisatawan yang sudah mulai sadar untuk menjaga lingkungan, seperti air, udara, dan sampah.

"Dampaknya sangat penting buat semua orang termasuk Gen Z, kesadaran ini semakin meningkat bahkan ada beberapa tempat di luar negeri yang memiliki aturan tentang keberlanjutan," kata Sapta Nirwandar saat berbincang dengan Okezone, di Jakarta, Jumat (12/1/2024).

Menurutnya, saat ini banyak wisatawan yang penasaran dengan destinasi yang sedang hits di media sosial. Mereka juga mencari tempat wisata yang dengan atraksi yang unik.

"Seperti di Labuan Bajo, incaran bagi pelancong nasional maupun internasional. Di sampung ada komodo, alamnya juga bagus dan budayanya sangat unik, itu menurut saya jadi bagian yang penting menurut saya," tuturnya.

Sementara itu, untuk aktivitasnya sendiri para wisatawan lebih suka dengan suasana alam dan aktivitas outdoor.

"Sport juga jadi alam. Mereka sangat concern juga sama green tourism dan outdoor, serta sport activity ke depan," sambungnya.

Sejauh ini lanjut Sapta, wisatawan Gen Z masih mendominasi, namun menurut dia, generasi pensiunan juga banyak yang berwisata. "Karena jumlahnya yang relatif banyak, sekarang juga yang concern pada pariwisata," ucapnya.

Meski wisata di Indonesia masih diminati, namun wisatawan khusus Indonesia justru sedikit keberatan bila pergi berlibur ke Indonesia Timur. Hal itu kata dia, lantaran biayanya yang cukup mahal. Bahkan banyak wisatawan yang memilih untuk keluar negeri. Salah satu alasannya karena biaya akomodasinya yang cukup mahal.

"Misalnya orang yang tinggal di Jakarta, lebih murah ke Singapura atau Malaysia karena lebih murah," katanya.

Sapta menambahkan, hal itu masih menjadi perbincangan masalah yang harus diperhatikan oleh pemerintah. Pasalnya, banyak destinasi wisata di kawasan Indonesia Timur berpotensi menarik wisatawan dengan keindahannya.

"Di daerah Timur wisata baharinya sangat keren, seperti di Raja Ampat, Ternate, Tidore, dan pulau kecil lainnya sangat indah. Sehingga para penggemar wisata bahari sangat cocok datang ke sana," terang dia.

Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kabinet Indonesia Bersatu II periode 2011-2014 inipun berharap pemerintah bisa memberikan jalan keluar terutama dalam hal transportasi udara.

"Apakah dengan memberikan kemudahan landing agar tidak mahal dan lain-lain. Harus ada jalan sehingga harganya tidak terlalu mahal dan bisa kompetitif dengan wilayah bagian barat," kata Sapta memungkasi.

Sebelumnya, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) memproyeksikan ada empat tren pariwisata dan ekonomi kreatif pada tahun 2024.

Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Wakil Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf/Wakabaparekraf), Angela Tanoesoedibjo, dalam Jumpa Pers Akhir Tahun (JPAT) yang berlangsung secara hybrid di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Jakarta beberapa waktu lalu menjelaskan, keempat tren pariwisata yang diproyeksikan pada 2024 yakni Bleisure, Wellness Experience, Deep and Meaningful, dan Set-Jetting.

Menurut Angela, kembali pulihnya perjalanan bisnis secara global dan tumbuhnya kebebasan untuk bekerja jarak jauh meningkatkan fleksibilitas untuk berwisata di sela rutinitas pekerjaan, pelaku perjalanan bisnis terus menginkorporasi aktivitas leisure dalam komitmen pekerjaannya, sehingga menjadikan Bleisure (business and leisure) sebagai tren yang akan terus tumbuh pascapandemi.

“Ini akan semakin meningkat ya bagaimana orang akan menggabungkan bisnis dan leisure menjadi satu, ini sebetulnya menguntungkan untuk kita, karena Jakarta menjadi pusat untuk bisnis, dan ini kita bisa bawa dari Jakarta untuk para wisatawan yang tadinya berbisnis untuk bisa berwisata ke Bali, ke Labuan Bajo, ke Borobudur,” kata Angela.

(Rizka Diputra)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita Women lainnya