MUHAMMAD Zinedine Alam Ganjar mengungkapkan bahwa kondisi kesehatan mental masyarakat yang semakin memprihatinkan akan berpengaruh pada produktivitas nasional.
Menurutnya, hal ini dapat menghambat Indonesia dalam transisi menjadi negara maju pada tahun 2045. Hal itu Alam ungkapkan ketika ia melakukan diskusi terkait mental health di hadapan ratusan pemuda Bali, di Bron Cafe, Denpasar, Bali.
"Menyebabkan banyak faktor terdampak, mental health salah satu bagian penting dalam indeks pembangunan suatu bangsa. Dan ini menjadi salah satu indikator bagaimana kemajuan suatu negara diukur untuk menjamin kesehatan rakyatnya terpenuhi," lanjutnya.
Untuk itu, Alam pun menyebutkan bahwa layanan kesehatan mental menjadi krusial dan membutuhkan perhatian yang sama dengan kesehatan fisik.
Dalam kesempatan tersebut, ia juga turut menyoroti masalah mental health yang masih banyak terjadi di kalangan anak muda. Ia lantas memberi perhatian khusus terhadap masalah ini.
Pasalnya, berdasarkan hasil survei Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS), sebanyak satu dari tiga remaja berusia 10-17 tahun di Indonesia memiliki masalah kesehatan mental dalam 12 bulan terakhir. Jumlah itu setara dengan 15,5 juta remaja di dalam negeri.
Sementara, sebanyak satu dari 20 remaja berusia 10-17 tahun di Indonesia juga mengalami gangguan mental. Angkanya setara dengan 2,45 juta remaja di tanah air.
"Karena memang ini menjadi persoalan yang begitu besar bagi anak muda. Kita bisa lihat di sosmed banyak yang menyuarakan soal isu mental health, beberapa kali terjadi kejadian yang kurang mengenakan terkait mental health dan sepertinya ini belum menjadi perhatian khusus," paparnya.
Alam juga turut menyoroti terkait akses kesehatan mental di Indonesia yang menurutnya masih sangat minim informasi. Bahkan, di tingkat akademisi yang seharusnya banyak sekali penyediaan fasilitas untuk mendukung kesehatan mental keberadaannya belum terdistribusi secara optimal.
Selain itu, masih banyak masyarakat yang kurang paham akan tanda – tanda gangguan mental seperti depresi, yang mana depresi merupakan gangguan kesehatan mental yang paling sering ditemukan.
Hal ini menyebabkan orang dengan kesehatan mental yang terganggu cenderung susah terbuka akan pengobatan dan malah merasa lebih tertekan akan stigma masyarakat.
"Ini harus dibangun awarenessnya karena saya pikir stigma terkait mental health ini masih kurang baik, masyarakat yang berkonsultasi ke psikiater atau psikolog masih dianggap tabu, itu yang harusnya perlu kita normalisasikan bersama-sama," jawab Alam.
"Kasus ektrim bisa mengarah ke kejadian yang tidak mengenakan, tapi kalau bicara dalam konteks profesional ini akan mempengaruhi produktifitas manusia. Saat mental health terganggu, banyak aktifitas yang terhambat," lanjutnya.
(Martin Bagya Kertiyasa)