TERDAPAT dua makam di Keraton Gunung Kawi di Kabupaten Malang, Jawa Timur yang disebut erat kaitannya dengan keturunan Mpu Sindok era Kerajaan Mataram kuno.
Dua makam itu adalah makam bertuliskan Toenggol Manik Djaja Ningrat dengan tahun di nisan 1115 dan Toenggol Wati, yang ada di kompleks Keraton Gunung Kawi, Desa Balesari, Kecamatan Ngajum, Kabupaten Malang.
Sejarawan Malang, Suwardono pun meluruskan narasi sejarah yang berkembang di Keraton Gunung Kawi Malang. Menurutnya, melihat batu nisan makamnya itu merupakan bentuk makam Islam. Apalagi secara lokasi, makam itu menghadap utara selatan seperti halnya pemakaman Islam lainnya.
"Secara arkeologi itu makam baru, namanya Keraton itu baru. Kalau makamnya memang lama (dibandingkan keratonnya), itu makam-makam orang Islam. Kalau makam kemudian dikulturkan, cara-cara penguburan dengan ada nisannya, ada arah hadapnya utara selatan itu jelas zaman-zaman Islam," kata Suwardono dikonfirmasi MPI.
(Foto: Avirista Midaada/MPI)
Secara jarak waktu pun disebut Suwardono ini juga tak relevan. Pasalnya, melihat konstruksi makam itu merupakan bangunan makam-makam era Islam atau sekitar abad 18 ke atas. Apalagi diperkuat dengan cerita bahwa itu merupakan makam keturunan Mpu Sindok, yang berada dari Kerajaan Kediri.
"Kebetulan saja orang-orang itu, itu dipas-paskan. Jadi sebetulnya nggak ada hubungannya, tapi sama masyarakat itu informasinya dari mulut ke mulut, cerita-cerita faktanya enggak menunjukkan itu, antara zaman Islam sama-sama Kediri saja beda jauh, zaman Kediri saja dengan zaman Mpu Sindok juga beda jauh," terangnya.
Bila berpedoman pada bentuk makam yang menyerupai makam Islam ini ia yakin bahwa makam itu ada sekitar tahun 1800-an, atau ketika masa Pangeran Diponegoro. Dimana saat itu memang banyak orang-orang dari barat melalui wilayah Kediri ke timur. Maka ia pun ragu bila makam itu memiliki hubungan dengan Mpu Sindok.
(Foto: Avirista Midaada/MPI)
"Itu kan makamnya makam Islam, nisannya juga, orang-orangnya di masa islam. Kalau memang seperti itu biasanya orang-orang yang sezaman hidupnya, dengan Eyang Jugo tahun 1800an. Saat itu sudah banyak orang-orang barat yang melalui kadiri ke Timur, ketika masa-masa Perang Diponegoro itu. Sehingga di Malang itu banyak namanya punden sentono itu banyak," paparnya.
Ia pun mengaku berdasarkan peninggalan dan artefak sejarah arkeologis, juga dipastikan tidak ada peninggalan Mpu Sindok dan prasasti-prasastinya di kawasan sekitar Gunung Kawi. Apalagi saat itu di masa Kerajaan Mataram semasa Mpu Sindok berkuasa tidak diperoleh bukti peninggalan sejarah yang menguatkan di sekitar Gunung Kawi.
"Makanya pas saya tanya keterkaitan dengan Mpu Sindok di Gunung Kawi kaget. Saya meneliti secara khusus peninggalan-peninggalan Mpu Sindok dan prasasti-prasastinya, sampai detail enggak ada (di sekitar Gunung Kawi)," kata dia.
Penemuan peninggalan sejarah mengenai Mpu Sindok hanya terjadi ketika Mpu Sindok masih menjadi patih dari raja bernama Mpu Daksa saat masih beribukota di Jawa Tengah. Salah satu yang disebut Suwardono, adalah peninggalan Candi Songgoriti yang berada di sisi barat lereng utara Gunung Kawi.
"Nggak ada, kalaupun Gunung Kawi itu di bawah yang Candi Songgoriti, kalau Candi Songgoriti itu memang iya. Tapi itu pada masa berbeda, itu saat Mpu Sindok masih menjadi patihnya Mpu Daksa. Terus ada lagi Prasasti Sengguran di lereng Gunung Kawi, Sindok itu masih menjadi patihnya Daksa," bebernya.
"Tapi ketika dia jadi raja dan kemudian mengalihkan pusat pemerintahannya ke Jawa bagian timur ini, kayaknya enggak ada atau mungkin belum ditemukan prasastinya," imbuhnya.
Jika pun ada kaitannya penemuan lempengan-lempengan tembaga yang diduga prasasti di kawasan Gunung Kawi kata dia, maka perlu diteliti kembali kebenarannya.
(Foto: Avirista Midaada/MPI)
Sebab bisa saja prasasti itu letaknya bukan di situ, apalagi lempengan tembaga cukup mudah dipindah kemana-mana. Alhasil lempengan itu ditemukan seseorang di perkebunan kopi, atau lainya di sekitar Gunung Kawi, namun tidak ada kaitannya dengan Gunung Kawi.
"Sehingga kalaupun ditemukan Prasasti Sindok di Gunung Kawi umpamanya bisa saja dibawa orang, dialihkan, disimpan, disembunyikan, akhirnya ditemukan ditemukannya di Gunung Kawi, seperti Prasasti Ukir Negara, yang dari Gunung Kawi itu nggak di sana tempat aslinya sebenarnya," jelasnya.
Sebelumnya, pemandu wisata Keraton Gunung Kawi bernama Jono menuturkan, dua makam itu merupakan seorang tokoh asal Kerajaan Kediri yang masih keturunan Mpu Sindok. Keduanya konon meninggal dan dimakamkan di daerah Gunung Kawi pada 1115.
"Eyang Toenggol Manik dan Eyang Tonggoel Wati ini dari Kerajaan Kediri dan masih keturunan dari Mpu Sindok," kata Jono.
(Rizka Diputra)