SUKU Batak selalu mempunyai sisi yang menarik untuk dikulik, salah satunya marga. Marga ini menjadi karakteristik khas, yang menjadi pembeda dengan suku lain.
Batak terbagi atas beberapa subsuku, yaitu Toba, Karo, Pakpak, Simalungun, Angkola, dan Mandailing. Setiap subsuku Batak ini memiliki perbedaan dalam bahasa, tradisi, adat, serta marga yang beragam.
Marga adalah bagian penting dalam identitas orang Batak, yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Orang Batak memiliki peribahasa "Jolo tinitip sanggar laho bahen huru-huruan, jolo sinukkun marga asa binoto partuturan". Artinya; sebelum berkenalan tanya dulu marga agar paham hubungan kekerabatan.
Peribahasa ini adalah pesan bahwa dalam budaya Batak, mengenal marga masing-masing adalah langkah awal yang sangat penting untuk tahu memposisikan diri ke depannya.
Dengan mengetahui marga, baru bisa mengetahui partuturan (sistem kekerabatan marga). Partuturan ini sangat penting supaya paham parhundul (posisi marga, status, atau peran).
Rumah Balai Batak Toba (Foto: IG/@samosirta)
Lantas mengapa marga penting bagi orang Batak? Berikut ulasannya sebagaimana dirangkum dari berbagai sumber;
1. Marga menandakan silsilah keturunan
Marga ialah identitas yang sangat kuat dalam masyarakat Batak. Marga adalah simbol yang mengungkapkan asal-usul keturunan seseorang dalam masyarakat Batak.
Marga bukan hanya nama keluarga, tetapi marga ini juga digunakan untuk menandai garis keturunan dari pihak ayah, karena Batak menganut sistem patriarki. Bahkan, marga ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi suku Batak terutama saat bertemu dengan sesama orang Batak.
2. Memengaruhi pernikahan
Dalam budaya Batak, pernikahan harus memerhatikan marga pasangan. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa pasangan tersebut memiliki marga yang berbeda, karena pernikahan yang bermarga sama dilarang dan dianggap sebagai pelanggaran adat.
Selain itu, beberapa marga juga memiliki ikrar antara satu marga dengan marga lainnya (marpadan). Meski beda marga, tetapi dalam setiap marga yang marpadan ditetapkan ikatan, agar kedua belah pihak yang berikrar saling menganggap sebagai dongan sabutuha (teman semarga), dan tidak boleh menikah.
Marga-marga yang mengikat ikrar antara lain, Marbun dengan Sihotang, Panjaitan dengan Manullang, Tampubolon dengan Sitompul, Sitorus dengan Hutajulu, Nababan dengan Sitorus Pane.
3. Persatukan tali persaudaraan
Batak salah satu suku terbesar di Indonesia dan keberadaannya menyebar di seluruh Indonesia. Untuk memperkuat ikatan persaudaraan, orang Batak sering membuat arisan dengan teman semarga.
Hal ini membuat orang Batak dapat dengan mudah terus berhubungan dengan sesama marga, bahkan ketika berada di luar daerah atau di tanah perantauan.
(Foto: IG/@bataktoba_indonesia)
4. Jadi modal dalam bergaul
Dalam pergaulan sehari-hari, marga berperan penting dalam membantu berinteraksi dengan sesama orang Batak. Marga sering digunakan sebagai patokan untuk menjalin hubungan dengan orang yang baru dikenal.
Ketika dua orang Batak bertemu dan mengetahui marga masing-masing, ini sebagai awal yang baik untuk hubungan yang kuat. Orang Batak yang memiliki marga yang sama cenderung memiliki ikatan emosional dan sosial yang kuat.
5. Memberikan banyak jalan hidup
Merantau menjadi bagian yang tak terpisahkan dari Suku Batak. Dalam konteks ini, marga menjadi jembatan sosial yang kuat dalam perantauan. Ketika orang Batak merantau, marga ini membantu menjalin hubungan dengan yang bermarga sama.
Biasanya, orang dengan marga yang sama sering memberikan bantuan dan dukungan satu sama lain dalam hal pekerjaan, akomodasi, atau dalam situasi darurat.
(Rizka Diputra)