LIMFOMA merupakan salah satu penyakit kanker yang berkembang pada sistem kelenjar getah bening, dan menyerang sel darah putih yang memiliki fungsi melawan infeksi. Alhasil kondisi ini menyebabkan penurunan daya tahan tubuh.
Memperingati Hari Peduli Limfoma Sedunia yang bertepatan pada 15 September, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengajak masyarakat untuk kenali dan melakukan pencegahan limfoma sejak dini. Menurut Kemenkes, Senin (18/9/2023), sebanyak 4,1 persen dari seluruh pengidap kanker, atau sebanyak 16.125 orang mengidap limfoma.
Bahkan untuk kasus kematiannya sendiri, Limfoma dapat memakan 9.024 korban, sehingga dapat menjadikan Limfoma deretan ketujuh penyebab kematian tertinggi di Indonesia.
Tanda dan gejalanya limfoma pun cukup bervariatif, yaitu:
1. Mulai dari timbulnya pembengkakkan atau benjolan kelenjar getah bening pada bagian leher, ketiak atau pangkal paha.
2. Mudah berkeringat pada malam hari, tubuh lemas yang disertai demam.
3. Mengalami penurunan nafsu makan, dan berat badan.
4. Timbulnya rasa gatal pada kulit.
Meskipun belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya limfoma akan tetapi ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya limfoma berkembang pada seseorang, seperti:
1. Sistem kekebalan tubuh yang melemah.
2. Adanya riwayat penyakit Limfoma pada keluarga.
3. Dan beberapa infeksi virus seperti virus Epstein-Barr dan virus hepatitis C, telah dikaitkan dengan peningkatan risiko limfoma tertentu.
Diagnosis limfoma akan meliputi serangkaian tes dan prosedur untuk mengidentifikasi keberadaan dan jenis limfoma yang mungkin terjadi. Prosedur diagnostik yang biasanya terjadi meliputi pemeriksaan fisik, tes darah, biopsi kelenjar getah bening atau jaringan yang terkena, dan pemeriksaan pencitraan seperti CT scan atau PET scan.
Pengobatan limfoma tergantung pada jenis, tahap, dan faktor-faktor individu. Pengobatan dapat berupa kemoterapi, radioterapi, terapi targeted, dan terapi imun.
Kanker yang ditemukan pada stadium awal melalui deteksi dini, akan lebih mudah untuk ditangani dan cepat mendapat penanganan dengan tepat, dan dapat memiliki peluang kesembuhan 90 persen. Namun sebaliknya, apabila pada stadium lanjut angka keberhasilannya hanya 10 persen.
Bagaimana cara pencegahannya?
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 30-50 persen kematian akibat kanker dapat dicegah dengan perilaku hidup sehat, melalui pemeriksaan kesehatan rutin, deteksi dini apabila memiliki benjolan, lakukan aktivitas fisik (min 150 menit/minggu), konsumsi makanan minim proses olah, istirahat yang cukup, dan kelola stres dengan baik.
(Leonardus Selwyn)