ISU perselingkuhan memang tidak lepas dalam sebuah hubungan baik pacaran ataupun rumah tangga. Salah satu pasangan tega melukai perasaan pasangannya dengan berselingkuh, meskipun sudah menikah atau berumah tangga.
Kasus perselingkuhan menurut dr. Zulvia Oktanida Syarif, Sp.KJ, Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa (Psikiater), tidak selalu mempunyai alasan. Alasan ini seperti pasangan kurang cantik, ganteng atau beruang (kaya), tapi karena ada masalah dalam kepribadiannya.
Perselingkuhan muncul karena tidak bisa mengendalikan hawa nafsu, terkait hubungan seksual ataupun tertarik dengan pasangan lain atau orang lain.
"Perselingkuhan ini masalah perilaku yang tidak bisa mengendalikan hawa nafsu dirinya. Sehingga dia ada kesempatan dia memiliki dorongan dalam dirinya, dan tidak mengindahkan norma-norma yang berlaku misalnya agama, sosial, kesetiaan dan komitmen sehingga dia lebih memilih ikuti hawa nafsunya," kata dr Zulvia kepada MNC Portal.
Sehingga isu perselingkuhan ini, juga tidak memandang tingkat pendidikan atau tingkat religiusnya seseorang. Sebab dorongan tersebut, hanya diri sendiri yang bisa mengendalikannya.
"Jadi perselingkuhan itu nggak harus ada alasan ya. Alasan karena bisa kurang cantik/ganteng/kaya/kurang perhatian. Tapi memang bisa saja karena hawa nafsu saja, jadi bisa terjadi pada siapa saja, baik pun orang berpendidikan tinggi, atau orang terlihat religius. Sebab setiap manusia memiliki dorongan hawa nafsu sebetulnya dan tinggal bagaimana orang tersebut mengendalikan," jelasnya.
Lebih lanjut, dr Zulvia juga mengatakan kalau si pelaku selingkuh ini bisa jadi tidak mendapatkan role model (contoh) yang baik di dalam keluarganya. Hal ini dapat mempengaruhi perilakunya untuk selingkuh dari pasangan.
BACA JUGA:
Atau bisa juga, karena tidak mendapatkan contoh buat respect untuk menghargai perasaan orang lain, khususnya pasangan.
BACA JUGA:
"Mungkin saja tidak bisa memiliki komitmen atau menepati janji, bisa saja dia tidak memiliki orang yang jadi role model (contohnya) untuk menjaga komitmen. Sehingga dia bisa saja tidak menghargai pasangan istri/suaminya atas perasaannya bagaimana," katanya.
"Atau juga memang orang-orang memiliki gangguan terhadap mental/kepribadian itu bisa juga ada kecenderungan untuk melakukan perselingkuhan," sambung dr Zulvia.
Dengan begitu, ia katakan kalau orang selingkuh tidak selalu membutuhkan seorang profesional seperti Psikolog ataupun Psikiater. Untuk membantu mengatasi permasalahan selingkuh itu, lagi-lagi dikatakan itu pengaruh dorongan kuat dalam diri yang tidak bisa dikendalikan.
"Jadi nggak selalu untuk orang selingkuh berarti harus bertemu Psikolog/Psikiater. Bisa saja karena memang pada diri seseorang tidak bisa mengendalikan dorongan seksual atau tertarik terhadap orang lain," ucapnya.
(Dyah Ratna Meta Novia)