Menguak Sejarah Asal-usul Penamaan Kuching, Ibu Kota Sarawak Malaysia

Muhamad Fadli Ramadan, Jurnalis
Jum'at 16 Juni 2023 16:00 WIB
Kota Kuching, Sarawak, Malaysia. (Foto: MPI/M Fadli Ramadan)
Share :

KUCHING merupakan Ibu Kota Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Terletak di barat daya Pulau Borneo atau Kalimantan, Kuching punya sejarah menarik mulai dari asal-usul nama hingga perjalanannya.

Melansir dari laman resmi pemerintahan Kuching disebutkan bahwa Kuching pernah jadi pusat pemerintahan ketiga Sarawak pada masa pemerintahan Empayar Brunei tahun 1827.

Pada 1841, Kuching menjadi pusat pemerintahan utama Sarawak setelah diserahkan kepada James Brooke, Raja Putih pertama Kerajaan Sarawak untuk membantu Kerajaan Brunei melawan pemberontakan.

 BACA JUGA:

Sarawak merupakan bagian dari Empayar Brunei sejak Sultan Brunei pertama, Sultan Muhammad Shah. Sebelum Kuching berdiri, dua pusat pemerintahan sebelumnya adalah Santubong yang didirikan Sultan Pengiran Tengah pada 1599, dan Lidah Tanah yang didirikan oleh Datu Patinggi Ali pada awal 1820-an.

Setelah kekuasaan berpindah tangan, kota ini akhirnya ditetapkan sebagai Kuching. Dari mana asal-usul namanya?

 

Kuching Waterfront, Serawak, Malaysia (MPI/Novie)

Sebagian besar masyarakat Kuching meyakini bahwa itu diambil dari kata “Cochin”, sebuah pelabuhan perdagangan di Pantai Malabar. Itu juga merupakan istilah utama di China dan British India untuk perdagangan di pelabuhan.

 BACA JUGA:

Namun, ada yang menyebutkan bahwa ketika James Brooke menjadi Rajah pertama pada 1841 setelah menghentikan pemberontakan, kota Kuching masih bernana Sarawak. Saat itu, kota ini juga dikenal dengan Rajah Putih (White Rajah).

Tapi, ketika Charles Brooke memimpin pada 1868, berubah menjadi Kuching berdasarkan permintaannya. Pada akhir pemerintahannya, Kuching berkembang menjadi sebuah kota yang penuh dengan bangunan-bangunan kerajaan dan pendukungnya.

Disebutkan bahawa Kuching sebenarnya bermaksud “Ku” yang artinya “Lama” dan “Ching” yang artinya “Telaga”. Apabila digabungkan maka akan memiliki arti “Sebuah Telaga Tua” yang dalam bahasa Cina adalah Kuching.

Pada generasi ketiga Brooke, yakni di tangan Charles Vyner Brooke yang memimpin pada 1917-1947, Kuching semakin maju. Pada 1941, kota ini juga menggelar perayaan 100 tahun pemerintahan kerajaan Brooke di Sarawak.

 

Berbagai upacara resmi dilakukan, dan pameran juga diadakan di sekitar pemukiman pedesaaan. Namun, beberapa tahun kemudian pemerintahan keluarga Brooke akhirnya runtuh ketika Jepang menduduki wilayah tersebut.

Setelah perang berakhir, Kuching dihidupkan kembali sebagai ibu kota Serawak, di bawah pemerintahan kerajaan Inggris Raya. Kota ini juga terus memperingati momen bersejarah ketika mereka lepas dari penjajahan Jepang.

(Salman Mardira)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita Women lainnya