Ayah Bunda Wajib Paham! 4 Masalah Gizi yang Bikin Anak Berisiko Stunting

Pradita Ananda, Jurnalis
Minggu 29 Januari 2023 14:00 WIB
masalah anak stunting, (Foto: Freepik)
Share :

KEMENTERIAN Kesehatan RI baru saja melaporkan pada tahun 2022 telah terjadi penurunan angka prevalensi stunting.

Lewat Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, diklaim bahwa terjadi penurunan angka stunting sebesar 2,8 persen jika dibandingkan dengan 2021. Jika sebelumnya pada 2021 angka stunting ada di angka 24,4 persen, di tahun 2022 turun menjadi 21,6 persen.

Namun bukan berarti stunting tak lagi menjadi masalah yang mengintai anak-anak di Indonesia. Anak-anak di Indonesia masih terus menghadapi ancaman akan stunting, yang mana dipengaruhi banyak faktor.

Disampaikan Dirjen Kesehatan Masyarakat dr. Maria Endang Sumiwi, MPH, masalah stunting bisa dipicu dengan empat masalah kesehatan terkait dengan gizi. Weight faltering (gagal tumbuh), underweight (BB kurang), kurang gizi, dan gizi buruk.

“Kalau mau menurunkan stunting maka harus menurunkan masalah gizi sebelumnya yaitu weight faltering, underweight, gizi kurang, dan gizi buruk,” jelas dr. Maria Endang, dikutip dari laman Sehat Negeriku Kemenkes, Minggu (29/1/2023).

“Kalau kasus keempat masalah gizi itu tidak turun, maka stunting akan susah turunnya,” sambungnya.

Dokter Endang melanjutkan, gangguan pertumbuhan pada anak umumnya dimulai dengan ketika anak mengalami weight faltering atau berat badan tidak naik sesuai standar.

“Anak-anak yang weight faltering apabila dibiarkan, maka akhirnya bisa menjadi underweight dan berlanjut menjadi wasting (penurunan berat badan). Ketiga kondisi ini bila terjadi berkepanjangan, maka akan jadi stunting,” jelas dr. Endang.

Secara kesehatan, weight faltering, dikutip dari laman publikasi jurnal kesehatan BMJ, adalah penurunan berat badan, atau gagal tumbuh yakni kondisi masa anak-anak yang menimbulkan kekhawatiran tentang kemungkinan pengabaian, kekurangan, dan penyakit organik.

Pencegahan stunting yang lebih tepat, dikatakan harus dimulai dari akarnya yakni dilakukan sedini mungkin yakni sejak masa kehamilan sampai anak umur 2 tahun (1000 hari pertama kehidupan). Setelah bayi lahir, yang harus diutamakan adalah pemantauan pertumbuhan yang dilakukan setiap bulan secara rutin.

“Di titik pertama (sebelum kelahiran) penting untuk intervensi di masa kehamilan, dan intervensi kedua saat bayi mendapatkan MPASI setelah masa ASI eksklusif,” tambah Syarifah Liza Munira, Kepala Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK).

Dengan pertumbuhan yang dipantau rutin setiap bulan, maka orang tua bisa tahu sejak dini apabila anak ada mengalami gangguan pertumbuhan.

Sebagai informasi, dalam laporan SSGI yang sama, walau terlihat ada penurunan dalam angka stunting. Tapi angka balita yang mengalami wasting dan underweight justru mengalami peningkatan, dengan angka kasus wasting naik dari 7,1 persen pada 2021 menjadi 7,7 persen pada 2022. Sementara underweight meningkat menjadi 17,1 persen pada 2022.

 BACA JUGA:Menkes Ibaratkan Stunting Seperti Kanker Stadium 4? Ini Cara Mencegahnya!

BACA JUGA:Bukan Hanya Cegah Stunting, Protein Bisa Buat Kulit Bumil Kenyal?

(Rizky Pradita Ananda)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita Women lainnya