PERKEMBANGAN Covid-19 di dunia terus mengalami perubahan. Saat ini, China kembali hadapi gelombang Covid-19, yang dinilai akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh (imunitas).
Hal tersebut disampaikan oleh Ahli Kesehatan Prof Zubairi Djoerban. Imunitas seseorang hanya bertahan sampai 6 bulan pasca-divaksinasi Covid-19.
Ditambah dengan adanya kebijakan zero Covid-19, yang mana setiap ada kasus di China langsung diterapkan lockdown. Tentu ini akan berpengaruh pada sistem kekebalan tubuh dari masyarakatnya.
Jika dibandingkan, dengan beberapa negara lain, seperti Indonesia yang ditambah dengan infeksi kembali. Membuat masyarakatnya kemungkinan lebih kuat imunitasnya.
"Artinya bagi yang sudah vaksinasi lengkap dan juga terinfeksi Covid-19, kekebalan tubuhnya tinggi banget. Kalau terinfeksi kembali, ya alhamdulillah, akan lebih kuat, seperti kebanyakan orang Indonesia," jelas Prof Zubairi dalam akun Twitternya @ProfesorZubairi, dikutip, Rabu (28/12/2022).
BACA JUGA:WHO Ungkap Titik Terang Akhir Pandemi Covid-19, Benarkah Tahun Depan?
Berdasarkan kondisi Cina saat ini, beberapa hari terakhir, pejabat kesehatan Zhejiang memperkirakan 1 juta penduduk terinfeksi per hari. Sementara kota pesisir Qingdao, memperkirakan sekitar 500.000 infeksi baru setiap hari, dan kota manufaktur selatan Dongguan mengamati 250.000 hingga 300.000.
Kendatinya, Prof Zubairi mengingatkan, setiap gelombang atau kenaikan kasus Covid-19 terjadi. Bisa menghadirkan dampak, seperti munculnya varian baru. Sebagaimana diketahui, setiap varian baru yang bermunculan, diduga dapat menembus sistem imunitas seseorang.
Ia pun mengingatkan agar masyarakat di Indonesia perlu waspada dengan itu. Sehingga perlunya, vaksinasi Covid-19 booster untuk menambah imunitas seseorang.
"Tiap ada lonjakan besar di satu negara, maka akan muncul varian baru, yang mungkin saat ini belum dikenal ya. Nah, varian baru yang menyebar ke berbagai negara ini yang bisa menembus kekebalan tubuh kita. Indonesia harus waspada," pesan Prof Zubairi.
(Dyah Ratna Meta Novia)