PENYAKIT wasir atau dikenal dengan istilah ambeien nyatanya masih banyak dialami masyarakat. Namun saat ini pengobatan wasir sudah beragam, salah satunya memakai ultrasonic dan radio frequency.
Wasir atau bahasa medisnya hemoroid merupakan pembengkakan atau pembesaran dari pembuluh darah di usus besar bagian akhir (rektum), serta dubur atau anus. Wasir bisa menyerang segala usia, namun umumnya lebih sering dialami pada usia dewasa.
Penderitanya tak akan merasa nyaman dan sering mengalami rasa gatal pada anus. Tak jarang, banyak kasus disertai munculnya perdarahan lewat anus.
Baca Juga: Tips Jaga Kesehatan Mata dan Imunitas Tubuh di Masa Pandemi Covid-19
Gejala wasir tak hanya muncul benjolan di area luar anus. Penderitanya bisa merasa gatal atau sakit di sekitar anus. Perdarahan dari anus setelah buang air besar, serta keluarnya lendir setelah BAB.
Pemicunya juga mulai dari sering mengangkat beban berat, akibat melahirkan secara normal, dan kebiasaan duduk terlalu lama, sembelit atau diare yang berlangsung lama, olahraga yang berlebihan.
Spesialis Bedah Umum dari ST Wasir Center dr. Tony Sukentro, Sp.B mengatakan, wasir harus segera ditangani agar bahayanya tak muncul. Namun saat melakukan penanganan operasi pasien wasir, saat ini tidak perlu lagi dikhawatirkan.
"Mengatasi wasir bisa menggunakan teknik minimal invasif atau tanpa pisau bedah, kemampuan penyembuhan yang jauh lebih cepat tanpa rasa sakit akibat pengaruh operasi, luka yang minimal, dan tidak mempergunakan arus listrik karena mempergunakan getaran ultrasonic,” ujarnya lewat keterangan tertulis.
Metode ini pun, lanjut Dokter Tony, tidak memerlukan proses penjahitan, mengurangi aliran darah ke anus dan membantu hemoroid kempis dengan sendirinya. Proses ini bahkan bisa dilakukan untuk menangani semua derajat keparahan satu hingga empat.
"Saat melakukan tindakan ultrasonic dan radio frequency, pasien juga tidak perlu dibius total. Sangat berbeda dengan teknik lama membuat pasien merasa kesakitan cukup lama pasca operasi, pasien bahkan harus menjalani rawat inap di rumah sakit," tutupnya.
(Martin Bagya Kertiyasa)