PENDERITA vitiligo bisa mengalami psikososial seperti stres, kecemasan, hingga depresi karena mendapat stigma tertentu. Sebab bercak putih di kulit dirasa mengganggu penampilan dan membuat mereka kehilangan kepercayaan diri.
Ketua Kelompok Staf Medis (KSM) Dermatologi dan Venereologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Dr. Hanny Nilasari. SpKK (K) mengatakan, untuk itu dibutuhkan support atau dukungan dari keluarga, lingkungan eksternal seperti teman-teman, dan orang-orang terdekatnya.
Menurut Dokter Hanny, banyak orang memiliki persepsi yang salah, menganggap bahwa ini adalah penyakit menular bahkan penyakit kutukan.
Dokter Hanny mengatakan, pasien vitiligo baiknya diberikan support mental, dan pengobatannya akan jauh lebih baik pada kesehatannya.
"Karena pengobatan (vitigo) ini, membutuhkan waktu yang lama," katanya saat konferensi pers virtual bertajuk Self Love Movement Regents Indonesia kemarin.
Sebagai bentuk dari dukungan dan kepedulian terhadap pasien Vitiligo, Ron Pirolo, General Manager Regenesis Indonesia mengatakan, pihaknya menghimpun sebuah gerakan untuk membantu para sahabat Vitiligo melalui Gerakan Self-Love Movement.
"Melalui kampanye itu, kami berkomitmen untuk berkontribusi menjadi support system yang baik bagi para sahabat vitiligo di Indonesia untuk membangun kepercayaan diri," terangnya.
(Dyah Ratna Meta Novia)