Asal muasal COVID-19 secara pasti masih menjadi misteri hingga saat ini. Para peneliti masih mencari asal COVID-19 yang diduga muncul pertama kali di Wuhan, China.
Terbaru, para ahli mikrobiologi di Universitas Hong Kong menduga COVID-19 berasal dari kelelawar tapal kuda dari China. Dikutip dari Solopos.com, sebelumnya kelelawar memang diduga menjadi sumber virus corona, namun variannya berbeda dari SARS-CoV-2.
Dugaan terakhir itu muncul setelah Departemen Mikrobiologi Universitas Hong Kong mereplikasi usus kelelawar tapal kuda China. Kelelawar jenis ini merupakan spesies yang ditemukan di China, India, Nepal, dan Vietnam.
Para peneliti berhasil menginfeksi struktur sel kelelawar tapal kuda China dengan virus corona baru atau SARS-CoV-2 penyebab COVID-19. Pada penelitian sebelumnya, spesies kelelawar dipastikan menjadi inang virus SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) yang juga menyerang sistem perpapasan, seperti COVID-19.
"Kelelawar tapal kuda China mungkin benar-benar inang SARS-CoV-2 ( penyebab COVID-19 )," kata ahli mikrobiologi Dr Yuen Kwok-yung, yang memimpin penelitian ini, seperti dikutip dilansir South China Morning Post (SCMP).
Studi ini juga dipimpin oleh Asisten Profesor Jane Zhou Jie, dan diterbitkan dalam jurnal internasional Nature Medicine pada Rabu 13 Mei.
Kendati demikian, Yuen mengatakan perlu penelitian lebih lanjut di alam liar untuk mengonfirmasi dugaan virus corona ini berasal dari kelelawar tapal kuda China.
Tapi, hal yang pasti spesies kelelawar diketahui sebagai pembawa banyak virus yang menyerang saluran pernapasan seperti SARS pada 2003 silam.
Sementara itu, studi Universitas Hong Kong juga menemukan bahwa COVID-19 mungkin menyerang usus pasien serta membahayakan paru-paru mereka.
Para peneliti memeriksa spesimen tinja dari seorang pasien berusia 68 tahun yang mengalami demam, sakit tenggorokan, batuk, dan diare. Pasien itu dirawat di Rumah Sakit Princess Margaret di Kwai Chung.
Ada di Tinja Manusia
Tidak hanya sampel tes positif untuk virus corona, tim berhasil mengisolasi virus dari tinja, yang menunjukkan telah terjadi infeksi di ususnya.
Selain mereplikasi usus kelelawar tapal kuda China, tim penelitian juga memperkenalkan virus corona ke sekelompok sel usus manusia. Sel tersebut ditanam secara buatan di laboratorium. Virus ini direplikasi dengan cepat dalam sel-sel yang dihasilkan dari usus kecil, yang dikenal sebagai enteroid, serta kolonoid, yang berasal dari usus besar.
Di antara kedua bagian usus itu, jumlah virus ditemukan lebih tinggi pada kolonoid. Replikasi virus dapat menimbulkan gejala gastrointestinal (ganguan lambung dan usus) pada pasien Covid-19. Namun diperlukan studi lebih lanjut untuk menentukan hubungan antara usus dan virus corona.
Belum jelas apakah infeksi disebabkan oleh asupan makanan, misalnya manusia memakan kelelawar tapal kuda China yang terinfeksi Covid-19. Atau bisa juga itu merupakan reaksi sekunder ketika virus di saluran pernapasan menyebar ke sistem pencernaan.
Zhou mengatakan dokter mungkin harus memeriksa kotoran pasien Covid-19 yang pulih sebelum diizinkan kembali ke masyarakat.
(Helmi Ade Saputra)