Desa Ende, Warisan Budaya Dunia di Kawasan Wisata Mandalika

Zen Arivin, Jurnalis
Senin 04 Desember 2017 08:37 WIB
(Foto: Zen Arivin/Okezone)
Share :

MATARAM - Siapa yang tak kenal Pulau Lombok? Pulau ini memang dianugrahi sejuta keindahan alam. Tak heran jika Pulau Lombok kini mulai menjadi jujukan para turis, utamanya wisatawan mancanegara.

Salah satunya yakni Pantai Tanjung Aan dan Pantai Kuta, di Kawasan Mandalika, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB). Laut biru yang jernih dan pasir putih mirip butiran merica, membuat siapapun yang menginjakkan kaki di pantai ini betah untuk berlama-lama.

Tak heran, jika beberapa waktu lalu pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menetapkan Pantai Tanjung Aan dan Pantai Kuta sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika.

Namun, tak hanya pantai dan seisinya, ternyata di Lombok Tengah juga kaya akan tradisi adat istiadat. Salah satunya Desa Ende. Ende sebenarnya bukan nama sebuah desa, melainkan sebuah kampung yang dihuni oleh puluhan kepala keluarga susu sasak. Namun, warga setempat menyebut kampung tersebut sebagai Desa Wisata Ende

Desa Wisata Ende terletak di Desa Sengkol, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah. Ada sekitar 38 rumah adat yang bisa menjadi jujukan para wisatawan. Jika Anda ke Kawasan Mandalika, tentunya akan melintasi Desa Wisata Ende.

Menariknya, rumah adat ini bukan hanya rumah adat biasa. Seluruh bangunan terbuat dari kayu dan bambu. Untuk atapnya, menggunakan anyaman alang-alang. Menurut tur guide lokal, bangunan rumah adat tersebut bisa bertahan antara 80 hingga 100 tahun.

Lantai rumah adat di Desa Wisata Ende ini juga tak biasa. Masyarakat setempat menggunakan kotoran sapi atau kerbau yang dicampur tanah untuk dijadikan lantai rumah adat yang disebut Bale Tani ini.

"Lantainya ini berbahan campuran tanah liat dan kotoran sapi atau kerbau. Kotoran sapi ini fungsinya untuk merekatkan dan tidak bau bukan," tutur guide lokal bernama Husain yang memandu Okezone.

(Baca Juga: 3 Air Terjun Terindah di Lombok)

Setiap bulan, lanjut Husain, para pemilik rumah selalu memoles kembali lantai-lantai rumah mereka. Ya, tentunya menggunakan kotoran sapi. Hal itu guna menjaga agar lantai tetap utuh.

"Kalau tidak di poles, tanah liatnya akan terkikis. Dengan demikian menjadi rusak sehingga rumahnya penuh debu," terang pria yang mengaku lahir di desa wisata tersebut.

Tak hanya itu, para pengunjung juga akan disuguhi tradisi menarik, yakni Tari Parasean. Tari Peresean ini semacam perang antara dua orang lelaki menggunakan tameng dan senjata rotan dengan iringan musik gamelan khas suku sasak. Kedua orang ini akan saling pukul hingga ada salah satu diantaranya dinyatakan kalah.

"Tari Parasean ini merupakan tradisi kami. Dulu tari ini digunakan untuk memohon hujan. Jika salah satu sudah terkena sabetan rotan dan ada darah yang mengucuru, itulah yang dilambangkan dengan hujan," terang Husain.

Para wisatawan pun dipersilahkan untuk mencoba melakukan tarian perang menggunakan rotan ini. Tentunya dengan rekannya sendiri. Hal ini untuk mencegah adanya dendam jika ada salah satu yang terkena sabetan rotan.

(Baca Juga: Napak Tilas Sisa Kehidupan Kota Ampenan di Lombok)

Untuk menikmati itu semua, wisatawan juga tak perlu khawatir dipungut biaya mahal. Sebab, masyarakat di Desa Wisata Ende tidak mematok tarif. Mereka memungut sesuai dengan yang diberikan wisatawan usai tari Peresean selesai di pentaskan.

Menarik bukan? Jika Anda berlibur ke Lombok, tak ada salahnya untuk datang ke Desa Wisata Ende. Sebab, selain menyajikan rumah adat yang begitu ciamik, kondisi Desa Wisata Ende juga masih alami dan bersih.

<div class="vicon"><iframe width="480" height="340" src="https://video.okezone.com/embed/MjAxNy8wNS8xOC81Lzk2MTc3LzAv" sandbox="allow-scripts allow-same-origin" layout="responsive"></iframe></div>

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita Women lainnya