OKEZONE WEEK-END: Kain Tenun Makassar dan Kisah Perjuangan Ibu Jusuf Kalla

Tiara Putri, Jurnalis
Minggu 10 September 2017 06:00 WIB
Kain Tenun Sulawesi Selatan (Foto: Ist)
Share :

PERNIKAHAN yang menggunakan adat sudah pasti akan mengenakan pakaian tradisional. Salah satu unsur yang ada pada pakaian tradisional adalah kain. Indonesia memiliki banyak sekali ragam kain tradisional, mulai dari kain batik, songket, hingga kain tenun.

Kain tenun banyak ditemukan di berbagai daerah yang ada di Tanah Air. Daerah yang memiliki kain tenun tradisional adalah Makassar. Sejak dulu, kegiatan menenun memang menjadi tradisi di Makassar. Perkembangan tenun di Makassar bermula dari pemakaian benang sutera yang dihias dengan benang perak dan emas di abad ke-15 dan 16 M. Kemudian hal itu berlanjut dengan proses menenun hingga sekarang.

 

BACA JUGA:

Masyarakat Bugis atau Makassar seringkali menggunakan kain tenun pada berbagai acara adat termasuk pernikahan. Pakaian tradisional suku Bugis saat menikah dikenal dengan nama Baju Bodo. Ada pula unsur kain tenun di pakaian ini.

Kain tenun Makassar sering dikenal dengan sebutan sarung sutera Bugis. Sarung sutera ini terdiri dari beberapa macam motif. Pemakainya tidak bisa asal menggunakan sarung sutera. Sebab setiap motif memiliki arti masing-masing.

Ada motif balo renni yang terdiri dari garis-garis vertikal dan horizontal. Biasanya perempuan yang masih muda dan perawan mengenakan kain bermotif ini. Selanjutnya motif balo lobang. Motif ini sebenarnya pasangan dari balo renni dan banyak digunakan oleh pria yang belum menikah. Hanya saja kombinasi garis sangat berbeda dengan motif balo renni.

Motif lainnya adalah cobo. Motif ini berbentuk segitiga yang berjejer melintang. Motif ini banyak digunakan pada kain yang dipakai oleh pria yang sedang melakukan proses pendekatan hingga proses melamar dalam adat bugis. Motif ini bisa dikatakan sebagai simbol keteguhan hati sang pria dan keluarganya untuk melamar pujaan hati.

Mengenai hubungan antara kain dengan pernikahan, ada cerita dari ibu kandung Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK). Dahulu kala, saat ibu JK yang bernama Athirah hendak menikah dengan ayah JK dia diberi sarung oleh calon mertuanya yang bernama Mak Kerah. Setelah bertahun-tahun membangun rumah tangga, Athirah harus dikecewakan oleh suaminya yang memilih menikah lagi dengan wanita lain.

BACA JUGA:

Dia pun berniat meninggalkan suaminya dan menjual sarung pemberian mertuanya. Namun, setelah berdiskusi dengan mertuanya, Athirah mengetahui bahwa mertuanya pun merupakan istri keempat. Setelah itu, Athirah akhirnya memutuskan untuk tidak menjual sarung pemberian mertuanya. Bahkan ia memilliki ide untuk berjualan sarung khas Bugis.

Walaupun meninggalkan suaminya yang berkhianat, Athirah tetap bisa menghidupi keluarganya karena ia sukses menjadi pedagang kain atau sarung Bugis. Dengan berjualan sarung, Athirah berhasil menyelamatkan kehidupan ekonomi keluarganya. Kisah itu diceritakan dalam sebuah film berjudul Athirah.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Women lainnya