PSORIASIS mungkin penyakit ini sering Anda dengar tapi belum mengenalinya lebih dalam. Ya, penyakit ini merupakan penyakit autoimun yang menyerang kulit, tetapi tidaklah menular.
Berdasarkan laporan WHO 2013, sekira 2% dari populasi penduduk Indonesia menderita psoriasis. Penyakit ini juga empengaruhi 1-3% populasi umum di negara kita.
(Baca Juga: Eliminasi Hepatitis C di 2030, Apa Upaya Kemenkes?)
Penyakit psoriasis dapat menyerang semua golongan usia, baik laki-laki dan perempuan. Sayangnya, pasien jarang sekali memahami tanda awal bila terserang psoriasis.
"Gejalanya ditandai dengan kulit kemerahan, bersisik seperti ketombe kalau digaruk tapi jadi meluas. Sembuhnya cepat kalau diobati, tapi bisa kambuh lagi," terang Spesialis Kulit dan Kelamin dr Danang Tri Wahyudi SpKK(K) saat Press Conference Pengobatan Baru until Psoriasis dengan Secukinumab dari Novartis di Westin Hotel, kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (16/8/2017).
Faktornya paling sering dipengaruhi oleh genetik dan akibat gaya hidup. Antara lain karena merokok, obat-obatan dan dampak dari infeksi kulit.
Meskipun golongan penyakit kulit, psoriasis bukan penyakit yang sembarang menular. Jadi Anda tidak perlu takut bila bertatapan dengan pasiennya, sekalipun saat berkomunikasi.
(Baca Juga: Metode Masak Nasi Putih dengan Minyak Kelapa Jauh Lebih Sehat, Kalorinya Rendah)
Pada kesempatan yang sama, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan RI dr Lily Sri Sulistyowati, MM menambahkan, beban penyakit psoriasis yang dialami pasien sangat beragam. Dampaknya mulai dari sakit fisik, mental dan gangguan kesehatan lainnya.
Psoriasis merupakan masalah kesehatan di Indonesia, sama dengan beban penyakit jantung, stroke, diabetes, hingga kanker. Tentu pemerintah membuat kebijakan untuk mengatur strategi pencegahan penyakit ini.
"Untuk psoriasis, penanggulangannya kita sudah bisa lakukan di puskesmas. Ada 2.000 dokter yang dilatih untuk menangani penyakit ini," tutur Lily.
Karena bila seseorang menderita psoriasis akan menanggung dampaknya seumur hidup. Bahkan, di Indonesia banyak pasien yang patah semangat untuk sembuh dari penyakit ini.
Pengobatannya juga tidak mudah dan dalam waktu yang lama. Pasien harus teratur minum obat dan makan bergizi, serta menjalani gaya hidup sehat supaya penyakitnya tidak menjadi fatal.
(Helmi Ade Saputra)