Cerita di Balik Keindahan Pulau Maitara yang Dijadikan Gambar Uang Rp1.000

PULAU Maitara di Tidore menjadi tempat terbaik untuk merasakan keindahan terumbu karang serta kekayaan biota laut yang melimpah dari laut Maluku Utara. Bahkan keindahannya pun menjadi ikon dari pecahan uang Rp1.000 yang lama.

Pulau cantik ini berlokasi di antara Tidore dan Ternate, dimana keindahannya bukan sekedar laut jernih saja, tetapi pemandangan gunung Gamalama bisa dilihat dengan dekat di sana. Tak heran jika kesempurnaan alam di pulau Maitara menjadi ikon uang seribu.

Pengen ikut tinggal disana deh 😭 . . . . . #longdistancerelationship #Ternate #pulaumaitara #indonesia #background #uangseribu #beautyfull

A post shared by azza fauzia (@azzafau) on Mar 7, 2017 at 3:53am PST

Selagi berada di pulau kecil ini, Anda bisa habiskan waktu dengan kegiatan menyelam atau snorkeling.

Tak heran jika wisatawan selalu jatuh cinta dengan surga di bawah lautnya. Selain terumbu karang masih terjaga dengan sehat, biota laut masih melimpah, karena laut sangat dijaga bersih oleh pemerintah daerah setempat.

Tak hanya itu, pulau Maitara juga kaya dengan rempah-rempah, Anda bisa menemukan sebuah perkebunan cengkeh tertua di dunia. Begitu sempurna alam pulau dari provinsi Maluku Utara ini.

Dulu, ketika zaman penjajahan, bangsa Portugis diklaim pertama kali masuk ke Indonesia melalu Pulau Maitara. Saat mereka menginjakkan kaki di pulau, bangsa Portugis kemudian berteriak dengan sebutan “ Maihara” yang memiliki arti keindahan alam sempurna dilihat langsung.

Namun, bagi masyarakatnya sendiri, pulau ini punya kisah berbeda dimana dulu ada seorang penguasa pulau di Tanjung Ngusu Lenge bernama Hamatara. Sosok tersebut dipercaya sangat kuat karena tak ada yang bisa melepaskan daerah kekuasaan dia terhadap Pulau Maitara. Barulah seorang putera Toloa bernama Tahisa membawa massa untuk

mengalahkan Hamatara hingga akhirnya ia berhasil mengusir Hamatara keluar dari Pulau Maitara melalui pantai Ngusu Lenge.

Untuk menuju Pulau Maitara ini Anda bisa menyeberang dari kota Tidore dengan kapal seharga Rp 200 ribu. Pulau pun sudah bisa digapai selama hitungan sepuluh menit, dan kesempurnaan alam sudah bisa digenggam

(Renny Sundayani)