MESKI namanya masih baru di dunia mode Tanah Air, nyatanya hal tersebut tak menutup kesempatan seorang Terry Putri untuk memamerkan karya di kancah internasional.
Ya, wanita yang dikenal dengan profesinya sebagai presenter ini sukses menampilkan karya dalam di ajang Indonesia Cultural Fashion di (ICF) Posthoornkerk, Haarlemmerstraat 124-126, Amsterdam, Belanda, 18 Desember 2016 lalu.
"Kebetulan pertengahan tahun lalu aku ditawari oleh sebuah production house yang menyelenggarakan Indonesia Cultural Fashion pertama kali di dunia. Sebenarnya aku merasa aku bukan desainer, tetapi mereka bilang aku desainer. Nah, syaratnya, enggak cuma bawa brand sendiri, tetapi juga bawa budaya dan nama Indonesia karena kan acaranya di Amsterdam," tutur Terry Putri kala berbincang-bincang dengan Okezone di Gedung INews Center, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, belum lama ini.
Terry Putri bukan satu-satunya desainer busana muslim yang menampilkan karyanya di ICF. Ada pun tiga desainer lainnya, yaitu Lily Mariasari melalui label Elemwe, Rizaro dengan label Sun Summit, dan Inne Rachma Hardjanto melalui label Uemura.
(Foto: Dokumen pribadi Terry Putri)
Mengangkat tema 'The Colours of Indonesia', Terry Putri dan tiga desainer lainnya menghadirkan rancangan dengan ciri khas keberagaman budaya Indonesia. Lily Mariasari melalui label Elemwe, menampilkan koleksi busana muslim ready to wear menggunakan paduan bahan polos dan batik cap campuran tulis ciri khas Betawi.
(Foto: Dokumen pribadi Terry Putri)
Desainer Rizaro melalui label Sun Summit menampilkan busana sporty etnik dengan sentuhan ala Minangkabau berpadu dengan batik Tanah Liek dan sutra Makassar. Berikutnya, label Uemara by Inne Rachma Hardjanto mengusung gaya hijab simpel, elegan, yang sesuai dengan pasar masyarakat Eropa.
(Foto: Dokumen pribadi Terry Putri )
Sementara itu, Terry Putri melalui label miliknya, Territory, membawa kain Sasirangan khas Kalimantan Selatan. Wanita yang hobi berolahraga itu membawa delapan busana dengan sentuhan gaya edgy. Terry membuat outerwear panjang warna monokrom berhiaskan aksen warna-warni dari kain Sasirangan. Lantaran menyesuaikan dengan pasar Eropa, Terry membuat mantek dan syal bulu.
"Jadi kami semua membawa budaya Indonesia ke Belanda, setiap desainer mengedepankan daerah masing-masing. Dibilang nekat ya nekat, biasanya fashion show di pameran teman-teman artis, jadi ini pertama kali. Aku niat jualan di sana, aku bikin sesuatu yang memang bisa mereka pakai," pungkasnya.